JAKARTA, KOMPAS.com - IPB University memperkuat upaya sosialisasi model CIBEST, sebuah pendekatan pengukuran kesejahteraan berbasis ekonomi Islam, ke berbagai pesantren di Indonesia melalui program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam).
Langkah ini menandai satu dekade penggunaan model CIBEST dalam dunia perzakatan dan perwakafan nasional untuk peningkatan taraf ekonomi masyarakat.
Model CIBEST yang dikembangkan oleh Irfan Syauqi Beik, yang saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dan Laily Dwi Arsyianti, dirancang untuk mengukur kesejahteraan secara lebih komprehensif, mencakup dimensi material dan spiritual.
Baca juga: Dekan FEM IPB Beri Masukan untuk Pembangunan Afrika dengan Manfaatkan Kerja Sama Syariah
Pendekatan ini menjadi pembaruan penting setelah sebelumnya evaluasi zakat lebih banyak berfokus pada aspek administratif dan angka penghimpunan.
Irfan menyampaikan bahwa pemanfaatan model CIBEST secara masif dalam satu dekade terakhir menunjukkan kontribusi nyata kampus dalam menghasilkan instrumen yang digunakan masyarakat luas.
“Model CIBEST kini telah digunakan di dunia zakat dan wakaf. Ini menunjukkan fungsi kampus melahirkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, termasuk pondok pesantren,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (8/12/2025).
Laily Dwi Arsyianti menambahkan bahwa model ini menawarkan alternatif yang lebih lengkap dibanding pendekatan konvensional yang hanya fokus pada aspek material.
“Aspek spiritual penting untuk membangun mentalitas, dan mentalitas itu penting untuk pembangunan,” kata Laily.
IPB menilai bahwa penguatan sosialisasi CIBEST ke pesantren membuka peluang lahirnya ekosistem kesejahteraan berbasis syariah yang lebih adil, komprehensif, dan berkelanjutan.
Model CIBEST diperkenalkan ke publik sejak 2014–2016 dan kini menjadi rujukan lembaga zakat nasional maupun daerah.
Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa zakat produktif mampu menurunkan kemiskinan material maupun kemiskinan absolut ketika diukur dengan model ini. CIBEST juga diadopsi dalam penyusunan Indeks Zakat Nasional (IZN) serta Indeks Wakaf Nasional (IWN).
Secara teknis, model CIBEST membagi keluarga ke dalam empat kuadran berdasarkan garis kemiskinan material dan spiritual mulai dari keluarga sejahtera hingga keluarga yang berada dalam kemiskinan absolut.
Pembagian ini membantu lembaga zakat menilai perubahan kondisi mustahik sebelum dan sesudah intervensi program.
Dalam rangka memperluas dampak model CIBEST, IPB University melakukan sosialisasi ke sejumlah pesantren, termasuk Pondok Pesantren Nurul Hakim di Lombok Barat (2024) dan Pondok Pesantren Al-Ghozali di Sleman (2025).
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Irfan Syauqi Beik, yang kini menjabat Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.
Baca juga: Cegah Stunting, IPB Beri Penyuluhan ke Masyarakat di Cirebon
Kehadiran tim CIBEST disambut positif oleh pengelola pesantren. Mereka menilai model ini memberi perspektif baru dalam memahami persoalan kemiskinan umat serta bagaimana pesantren dapat mengambil peran strategis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Program Dospulkam sangat inovatif dan menjadi bentuk kontribusi nyata perguruan tinggi kepada masyarakat,” ujar Gus Qoyyum, pengelola Pesantren Al-Ghozali.
Program Dospulkam bertujuan mendiseminasikan berbagai inovasi dosen IPB, termasuk pemanfaatan model CIBEST sebagai alat ukur sekaligus metodologi intervensi sosial.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya