Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat

Kompas.com, 10 Desember 2025, 12:35 WIB
Ni Nyoman Wira Widyanti

Penulis

KOMPAS.com - Koperasi hijau dinilai bisa menjadi aktor penting dalam transisi energi masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan.  

Hal tersebut disampaikan dalam acara Paparan Rekomendasi Kebijakan "Koperasi Hijau dalam Membangun Ekosistem Energi Terbarukan sebagai Strategi Mitigasi Krisis Iklim" yang diadakan oleh Yayasan Rumah Energi pada Selasa (9/12/2025). 

Baca juga:

Deputi Bidang Kelembagaan dan Digitalisasi Koperasi, Kementerian Koperasi, Henra Saragih menyampaikan, koperasi dapat menjadi ujung tombak penyediaan energi bersih di desa.

"Salah satu fokus utama pemerintah saat ini adalah pertumbuhan ekonomi khususnya di desa. KDKMP (Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih) diharapkan menjadi suatu gerakan tak hanya program," kata Henra, lewat keterangan resmi, dikutip Rabu (10/12/2025).

"Namun, kendala saat ini adalah ada sekitar 6.000 desa belum mendapatkan akses listrik. Transisi energi tak boleh meninggalkan desa dan hanya menguntungkan kota. Koperasi dapat menjadi aktor kunci dalam transisi energi," tambah dia. 

Rumah Energi dorong penguatan kapasitas koperasi hijau

Deputi Bidang Kelembagaan dan Digitalisasi Koperasi, Kementerian Koperasi, Henra Saragih (kiri) bersama Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang (kanan) dalam Paparan Rekomendasi Kebijakan ?Koperasi Hijau dalam Membangun Ekosistem Energi Terbarukan sebagai Strategi Mitigasi Krisis Iklim pada Selasa (9/12/2025).Dok. Yayasan Rumah Energi Deputi Bidang Kelembagaan dan Digitalisasi Koperasi, Kementerian Koperasi, Henra Saragih (kiri) bersama Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang (kanan) dalam Paparan Rekomendasi Kebijakan ?Koperasi Hijau dalam Membangun Ekosistem Energi Terbarukan sebagai Strategi Mitigasi Krisis Iklim pada Selasa (9/12/2025).

Selama satu tahun terakhir, Rumah Energi menjalankan Green Cooperative Policy Readiness Project (GERCEP) yang didukung ClimateWorks Foundation.

Program ini mencakup baseline survei terhadap 85 koperasi, pelatihan dan pendampingan untuk 154 koperasi dan dinas, penyusunan lima modul pelatihan, serta integrasi modul ke dalam LMS (Learning Management System)  Kementerian Koperasi

Direktur Eksekutif Rumah Energi, Sumanda Tondang, menuturkan, koperasi punya keunggulan sebagai lembaga ekonomi berbasis komunitas.

"Koperasi bisa menjadi kendaraan ideal yang dapat diutilisasi untuk mewujudkan transisi energi berkeadilan di Indonesia. Lewat proyek Green Cooperative Policy Readiness Project (GERCEP), Rumah Energi sudah mendampingi koperasi dalam mengintegrasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG)," jelas Sumanda. 

"Koperasi bisa menjadi jembatan untuk pemberdayaan masyarakat. Melalui Rekomendasi Kebijakan yang didiskusikan hari ini diharapkan dapat mewujudkan sinergi, kolaborasi dan komitmen yang lebih kuat," lanjut dia.

Baca juga:

Rekomendasi terkait koperasi dan energi terbarukan

Koperasi disebut bisa menjadi aktor kunci dalam transisi energi di masyarakat pedesaan. Simak penjelasan dan rekomendasinya.SHUTTERSTOCK Koperasi disebut bisa menjadi aktor kunci dalam transisi energi di masyarakat pedesaan. Simak penjelasan dan rekomendasinya.

Rekomendasi kebijakan yang dipaparkan Rumah Energi menyoroti kesenjangan regulasi dan peluang kebijakan untuk mengembangkan koperasi hijau.

Koperasi punya nilai tambah karena dekat dengan masyarakat dan bisa memastikan keberlanjutan proyek energi jangka panjang.

Berdasarkan hasil analisis, Rumah Energi merekomendasikan konsolidasi kebijakan yang telah ada dan orkestrasi programatik yang perlu segera diambil pemerintah.

Rekomendasi ini dinilai paling realistis dan dapat dioperasikan dalam jangka pendek karena tidak bergantung pada perubahan undang-undang, melainkan mengoptimalkan instrumen yang sudah tersedia di tingkat kementerian/lembaga, pemerintah daerah, lembaga pembiayaan negara, dan perguruan tinggi. 

Simak beberapa rekomendasi selengkapnya:

  • Kementerian Koperasi perlu melakukan tagging hijau untuk mengidentifikasi koperasi dan KDKMP yang bergerak di bidang energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan usaha hijau lain.
  • Kementerian Desa bisa memasukkan variabel koperasi hijau dalam Indeks Desa Membangun dan indeks ketahanan lingkungan.
  • Kementerian Keuangan bisa mengintegrasikan profil koperasi hijau ke dalam desain IRID dan formula Ecological Fiscal Transfer (EFT).

Pendampingan dan pembiayaan koperasi hijau

Koperasi disebut bisa menjadi aktor kunci dalam transisi energi di masyarakat pedesaan. Simak penjelasan dan rekomendasinya.SHUTTERSTOCK/NANA MARGONO Koperasi disebut bisa menjadi aktor kunci dalam transisi energi di masyarakat pedesaan. Simak penjelasan dan rekomendasinya.

Salah satu tantangan terbesar koperasi hijau adalah akses pembiayaan. Maka dari itu, Rumah Energi mendorong model pendampingan terpadu yang melibatkan BRI, PNM, LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir), dan kampus.

BRI dan bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) bisa mengembangkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) hijau koperasi yang tidak hanya memberi pinjaman, tapi juga mendampingi model bisnis dan analisis risiko.

Selama ini, koperasi simpan pinjam sebenarnya sudah terbiasa menyalurkan kredit kecil untuk anggota. Skema ini bisa dipakai untuk instalasi panel surya rumah tangga, biodigester biogas, mikrohidro skala komunitas, serta teknologi ramah lingkungan lain.

Data program Biogas Rumah (BIRU) menunjukkan, baru 152 koperasi dari 127.846 koperasi yang sudah menjalankan aksi iklim. Meski kecil, koperasi pionir itu mampu menyalurkan pembiayaan energi terbarukan dan mendukung pertanian cerdas iklim.

Baca juga:

Rumah Energi menyampaikan, fragmentasi kebijakan masih menjadi masalah. Banyak regulasi berjalan sendiri-sendiri antara Kementerian Koperasi, Kementerian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral), Kementerian Desa, dan Kementerian Keuangan. Tanpa harmonisasi, peluang kebijakan tidak dimanfaatkan optimal.

Oleh sebab itu, political will lembaga pusat dan daerah sangat penting agar rekomendasi koperasi hijau bisa menjadi rujukan lintas kementerian.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
Mengapa Anggaran Perlindungan Anak Harus Ditambah? Ini Penjelasannya
LSM/Figur
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Banjir di Sumatera, Kemenhut Beberkan Masifnya Alih Fungsi Lahan
Pemerintah
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
Limbah Plastik Diprediksi Capai 280 Juta Metrik Ton Tahun 2040, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
Koperasi Bisa Jadi Kunci Transisi Energi di Masyarakat
LSM/Figur
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
2025 Termasuk Tahun Paling Panas Sepanjang Sejarah, Mengapa?
LSM/Figur
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
Jelajah Mangrove di Pulau Serangan Bali, Terancam Sampah dan Sedimentasi
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Tak Tepat Kebun Sawit Penyebab Banjir Sumatera
Guru Besar IPB Sebut Tak Tepat Kebun Sawit Penyebab Banjir Sumatera
LSM/Figur
Perkuat Profesionalisme, AIIR Jadi Organisasi Profesi Investor Relations Pertama di Indonesia
Perkuat Profesionalisme, AIIR Jadi Organisasi Profesi Investor Relations Pertama di Indonesia
LSM/Figur
13 Perusahaan Dinilai Picu Banjir Sumatera, Walhi Desak Kemenhut Cabut Izinnya
13 Perusahaan Dinilai Picu Banjir Sumatera, Walhi Desak Kemenhut Cabut Izinnya
LSM/Figur
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
LSM/Figur
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Pemerintah
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
LSM/Figur
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Swasta
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau