Selain ilustrasi, Wenny juga mengembangkan metode evaluasi untuk buku-buku disabilitas, mulai dari sejauh mana anak memahami isi buku, hingga bagian mana yang perlu diperbaiki.
Saat ini ia tengah menyiapkan proyek “Tangible Tales”, buku cerita rakyat Indonesia berbasis teknologi 3D printing sebagai media fisik untuk mendukung sosialisasi anak autisme.
Kemampuan Wenny merancang buku disabilitas tersebut tidak lepas dari perjalanan akademiknya.
Setamat SMA, ia memilih kuliah di bidang desain di FSR ITB pada 2013. Di tahun pertama, ia mendengar adanya beasiswa yang diberikan oleh lembaga filantropi Tanoto Foundation.
“Saya langsung cari informasi sebanyak-banyaknya melalui kakak kelas dan langsung menyiapkan formulir,” kenangnya seraya tertawa.
Ia melihat beasiswa Tanoto Foundation akan memberi manfaat banyak bagi dirinya. Bukan hanya bagi pengembangan akademik, melainkan juga peningkatan kapasitas lain seperti di bidang kepemimpinan dan kemasyarakatan.
“Peluang untuk membuat proyek sosial sangat besar,” katanya. Akhirnya, setelah serangkaian seleksi yang harus dijalani, pada 2014 Wenny meraih beasiswa Tanoto Foundation.
Seiring penelitian yang terus berkembang, Wenny merasa memiliki panggilan untuk mendedikasikan karya visualnya bagi anak-anak disabilitas.
“Mereka seperti cermin yang mengembalikan apa yang kita berikan dengan tulus. Seni untuk anak disabilitas bukan sekadar belas kasihan, tapi mendorong semua anak berekspresi sebebas mungkin,” ujarnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya