KOMPAS.com - Kesenjangan digital masih menjadi pekerjaan rumah di Tanah Air. Untuk itu, pemerataan infrastruktur mesti dikejar guna mengurangi gap antara masyarakat yang memiliki akses terhadap teknologi dan yang tidak.
Kementerian Konunikasi dan Digital (Komdigi) hingga 2024 menargetkan pembangunan 9.586 Menara base transceiver station (BTS) dari Sabang sampai Merauke.
Kesenjangan tersebut tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Sektor swasta pun dapat turut andil guna menutup jurang kesenjangan digital.
Hal itu direspons PT Trans Indonesia Superkoridor (TIS) dengan membangun infrastruktur digital nasional untuk pembangunan rute kabel (subsea cable) laut Jakarta-Manado sebagai bagian dari TGCS Phase 2.
Baca juga: Perkuat Ekonomi Rakyat, Sampoerna Serap 90.000 Tenaga Kerja dan Digitalisasi UMKM
Inisiatif tersebut disahkan melalui penandatanganan letter of intent (LOI) oleh TIS.
Direktur Utama TIS Revolin Simulsyah mengatakan, pengembangan rute Jakarta–Manado melalui TGCS Phase 2 menegaskan komitmen TIS dalam membangun backbone telekomunikasi Indonesia yang semakin kuat, andal, dan siap mendukung transformasi digital nasional.
“Kami ingin memastikan TIS tidak hanya mengikuti, tetapi memimpin pertumbuhan kebutuhan digital Indonesia,” ujar Revolin dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (11/12/2025).
Sebelumnya, TIS membangun subsea cable TGCS Phase 1 yang menghubungkan Jakarta–Batam sebagai salah satu jalur strategis interkoneksi DC-to-DC.
Baca juga: Saat Digitalisasi Jadi Solusi Kebocoran Transaksi di Warung Kopi
Kini, TIS melanjutkan ekspansi ke kawasan timur Indonesia untuk meningkatkan kapasitas, ketahanan, dan jangkauan jaringan subsea cable nasional.
Pertumbuhan pesat data center di Jakarta, Batam, dan Surabaya, serta potensi besar di Makassar dan Manado, menjadikan kebutuhan akan konektivitas berkapasitas tinggi dengan latensi rendah semakin mendesak.
Interkoneksi DC-to-DC menjadi elemen kritikal untuk memastikan ketersediaan layanan cloud, hyperscale, dan layanan digital secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam konteks ini, jaringan subsea cable memiliki peran penting dalam sistem telekomunikasi. Relatif terhadap infrastruktur terrestrial, kabel laut membawa 99 persen traffic data di dunia.
Baca juga: UMKM di Jabar Hadapi Masalah Struktural: Mindset, Pasar, hingga Digitalisasi
Selain itu, subsea cable juga dapat berfungsi sebagai jalur proteksi untuk jaringan terrestrial sehingga memastikan kontinuitas layanan apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya