Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2023, 16:45 WIB
Nada Zeitalini Arani,
Anissa Dea Widiarini

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Air merupakan sumber daya alam (SDA) yang dibutuhkan makhluk hidup, baik untuk dikonsumsi maupun kegiatan sehari-hari. Indonesia sendiri memiliki sumber air, seperti danau, sungai, laut, dan air tanah yang cukup melimpah.

Namun, saat ini banyak dari sumber air mengalami pencemaran sehingga mengalami penurunan kualitas dan berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup.

Dalam Peraturan Presiden (PP) Nomor 82 Tahun 2001 dijelaskan bahwa pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak berguna lagi sesuai dengan peruntukannya.

Adapun, pencemaran atau polusi air banyak terjadi akibat aktivitas yang ditimbulkan manusia. Berikut Kompas.com merangkum empat aktivitas yang dapat mencemari sumber air.

1. Membuang sampah di sungai

Aktivitas pencemaran air yang paling dekat dengan aktivitas sehari-hari masyarakat adalah membuang sampah sembarangan. Tak jarang, manusia membuang sampah ke perairan, seperti sungai.

Di Indonesia sendiri, berbagai sungai, seperti Sungai Ciliwung dan Citarum kini tercemar dan dipadati sampah yang berasal dari rumah tangga.

Baca juga: Kurangi Pencemaran Sungai, Mahasiswa UGM Terapkan Teknologi Aero Bubble

Hal tersebut dapat memengaruhi kualitas air sungai bahkan sampah dapat mengalir ke laut dan merusak ekosistem laut.

2. Pembuangan limbah tidak bertanggung jawab

Limbah industri, pertanian, dan peternakan merupakan sisa produksi yang sering kali dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu sehingga menimbulkan berbagai kerusakan.

Di Sungai Citarum, Jawa Barat, misalnya, ditemukan banyak limbah industri tekstil yang mengandung merkuri serta logam berat sehingga menyebabkan air sungai berbau dan berwarna.

Baca juga: Dampak dan Pencegahan Pencemaran Air

Kemudian, limbah pertanian mengandung pestisida serta kotoran ternak pun kerap kali dibuang ke sungai tanpa diolah. Hal ini menyebabkan tumbuhnya ganggang yang tak terkendali di sungai dan laut. Dampaknya pun beragam, mulai dari menurunkan pH air, mengurangi kadar oksigen dalam air, hingga menyebabkan banyak organisme air mati.

3. Pertambangan

Aktivitas pertambangan juga kerap menyebabkan tercemarnya perairan. Contohnya, sisa kayu akibat penebangan hutan yang dibuang begitu saja ke sungai dapat membuat air sungai kotor dan tercemar.

Kemudian, penambangan batu bara juga mencemari perairan karena pembuangan limbah beracun yang dapat merusak ekosistem air dan makhluk hidup. Aktivitas pengiriman batu bara juga kerap menggunakan kapal yang berisiko mengotori dan merusak laut.

4. Tumpahan minyak bumi di laut

Saat ini, transportasi untuk mengangkut minyak bumi masih menggunakan kapal. Tumpahan minyak selama perjalanan yang kerap terjadi berpotensi mencemari lingkungan karena mengotori laut serta membunuh makhluk hidup di laut.

Baca juga: Peneliti ITS Atasi Pencemaran Minyak Bumi di Laut dengan Bahan Ini

Itulah empat aktivitas manusia yang dapat mencemari perairan. Tercemarnya air dapat berdampak terhadap banyak hal, seperti penurunan kualitas lingkungan, pemekatan hayati, gangguan kesehatan, serta mempercepat proses kerusakan benda.

Oleh sebab itu, selain berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, diperlukan juga kesadaran manusia untuk berperan menjaga perairan agar tetap bersih dan dapat terus digunakan di masa mendatang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau