Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2023, 08:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kopi merebak di seantero dunia dan menjadi tren di setiap arena tongkrongan, menembus usia dan semua golongan.

Tak jarang kopi dinikmati tidak hanya dari cita rasa dan kekhasan asalnya saja, tetapi juga dari filosofi yang dibawanya.

Kopi yang kini dinikmati secara estetis, tidak hanya membawa manfaat ekonomis dan eko-sosial, tapi juga secara ekologis.

Harsono, warga Desa Mlandi, Kecamatan Wonosobo, sedang menyortir biji kopi di teras rumahnya, sebagian dijemur di atas atap. Rumahnya terletak di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Kopinya dipanen dari tegalan yang berada di lereng Dieng, daerah resapan air untuk Kawasan Wonosobo dan sekitarnya.

Baca juga: Idol Kopi Digelar untuk Lestarikan Budaya Kopi Indonesia

Dia dan warga lainnya sebelumnya mengembangkan pertanian sayuran layaknya petani lain di lereng Dieng. Tapi kini kopi menjadi salah satu alternatif komoditas yang bisa dipertahankan tegakan pohonnya.

Tahukah Anda lebatnya hutan dan keanekaragaman hayati harus terus dijaga karena bisa menjaga sumber air di dalamnya? Seperti diketahui budidaya tanaman membutuhkan cahaya matahari yang melimpah, sehingga memangkas tegakan pohon yang menghalangi matahari.

Kopi selain tegakan pohonnya dipertahankan hidup, juga memiliki kemampuan meresapkan air ke dalam tanah yang lebih baik. Selain itu nilai ekonominya juga bisa menggerakkan perekonomian petani.

Serupa dengan Harsono di Wonosobo. I Ketut Kartika Yasa atau lebih akrab dipanggil Bli Wana dari Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali juga melakukan hal yang sama.

Hal berbeda dari Wonosobo adalah dia mengembangkan tanaman kopi di antara pepohonan yang sudah ada. Seperti halnya penopang roda ekonomi di Wonosobo.

Baca juga: Danone Indonesia Donasikan Mobil Instalasi Pengolah Air ke NU

Kopi di Banjar Jempanang juga menjadi tanaman konservasi. Selain kemampuannya meresapkan tanah di lereng Puncak Mangu, keberadaannya juga menjaga keanekaragaman hayati yang ada.

Kedua lokasi pengembangan kopi sebagai upaya konservasi tersebut adalah secuil potret dari wujud komitmen Danone Aqua bersama mitra yaitu Yayasan Niru Daya untuk memperkenalkan kopi konservasi dengan nama Kopi Tirto.

Produk yang memperkenalkan kepada publik bahwa kopi membawa cerita konservasi secara ekologis dan ekonomis dari setiap lokasi. Kampanye yang diserukan adalah “Secangkir Kopi Merawat Bumi”

Bekerjasama dengan Yayasan Niru Daya sebagai mitra yang berpengalaman, Danone Aqua turut membantu pendampingan dan pengenalan ekonomi hijau para petani kopi ini.

Mulai dari bagaimana mengembangkan green bean kopi yang berkualitas, memproses dan mengemas secara modern.

Baca juga: Circle K dan Danone Lestarikan Bali dengan Berlari

Kemudian mendistribusikan dan membantu manajemen penjualan untuk memastikan kopi yang ditanam demi konservasi ekosistem pegunungan dan sumber daya air ini bisa dinikmati oleh masyarakat pecinta kopi bahkan yang tinggal ribuan kilometer dari tempat kopi ditanam.

Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menegaskan alasan kenapa menyebut produk kopi ini Kopi Tirto.

“Pabrik Aqua berada di pegunungan yang berdekatan dengan keanekaragaman hayati ekosistem pegunungan. Itulah kenapa kami berupaya membantu mereka. Kopi yang tidak hanya berkualitas tapi juga penting untuk menjaga ekosistem air yang bisa ‘mengalir’ sampai cangkir kopi Anda. Secangkir Kopi Merawat Bumi”, papar Arif, Jumat (23/6/2023).

Saat ini, Danone Aqua bersama Yayasan Niru Daya telah mendampingi sebanyak 120 petani kopi yang tersebar di beberapa lokasi dimana terdapat pabrik Aqua.

Beragam kopi ditanam masyarakat di wilayah pegunungan dimana pabrik berada. Hal tersebut menjadi sumber mata pencarian mereka agar mereka tidak merusak hutan untuk menopang kehidupan keluarga mereka.

Budidaya Kopi Tirto ini tersebar di sejumlah wilayah, seperti Jempanang, Badung (Bali) dengan jenis kopi arabika; Wonosobo (Jawa Tengah) arabika; Pandaan (Jawa Timur) arabika dan robusta; serta Tanggamus (Lampung) dengan jenis kopi robusta.

“Ayo kita nikmati Kopi Tirto sembari membantu ekonomi Petani serta menjaga air yang ada di bumi, terus nikmati Kopi Tirto mu bersama Aqua dan tersenyumlah karena kamu telah berkontribusi untuk petani, air dan bumi,” tutup Arif.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau