Tak hanya menghambat perkembangan kognitif, paparan polusi udara terutama di daerah berpolutan tinggi, dapat menyebabkan anak lahir stunting.
Polutan akan menimbulkan gangguan sistem sirkulasi, di mana sistem sirkulasi tersebut membawa oksigen dalam darah hingga otak.
Ketika sirkulasi membawa oksigen lebih rendah, anak akan kekurangan oksigen secara defisit minor dan dalam jangka panjang pertumbuhannya akan menjadi lebih lambat.
“Stunting pada anak yang terpapar dari polutan itu risikonya dua kali lipat lebih tinggi,” tutur Agus.
Baca juga: 10 Kota dengan Tingkat Polusi Tertinggi di Indonesia Versi IQAir
Agus mengatakan, setiap lapisan masyarakat harus berperan aktif dalam mengurangi polusi dengan cara beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi serta tidak membakar sampah sembarangan.
Selain itu jika berada di daerah tinggi polutan kurangi aktivitas di luar ruangan, selalu memantau kualitas udara secara real time dan gunakan masker N95 atau masker bedah untuk menyaring polutan masuk ke jalur pernapasan.
“Masker sangat berperan karena langkah pencegahan utama. Masker atau respirator yang terbaik adalah N95, meskipun bisa juga pakai masker bedah ataupun masker kain dan ternyata dampaknya bagus pada pernapasan,” ucapnya.
Agus juga menyarankan untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, istirahat cukup, makan makanan bergizi serta tidak merokok.
Jika muncul gejala akibat polusi udara segera deteksi dini dan bawa ke rumah sakit bila terjadi perburukan.
Baca juga: Ditanya Soal Polusi Udara Jakarta, Jokowi Sebut Pindah ke IKN Solusinya
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya