KOMPAS.com – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menargetkan pengembangan jaringan 5G untuk mendukung pembangunan kota cerdas atau smart city.
Melalui Gerakan Menuju Smart City, Kemenkominfo membidik 150 kabupaten dan kota terafiliasi untuk penerapan kota cerdas.
Perusahaan yang berfokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, pun menyambut baik upaya yang dilakukan Kemenkominfo.
Baca juga: Smart Pumping, Upaya Konservasi Sumber Daya Air dalam Pemenuhan Standar Industri Hijau
Schneider Electric meyakini bahwa pemanfaatan jaringan 5G dalam pengoperasian jaringan listrik pintar (smart grid) dapat memberikan dampak signifikan untuk keberlanjutan, ketangguhan, efisiensi, dan keamanan jaringan listrik dalam mendukung kebutuhan smart city.
Business Vice President Power System Schneider Electric Indonesia Surya Fitri mengatakan, pondasi utama dalam penerapan smart city adalah stabilitas dan keandalan koneksi internet serta suplai listrik.
“Tanpa jaringan internet dan listrik yang andal serta tanpa gangguan, sulit untuk mewujudkan konsep smart city yang modern,” kata Surya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (3/11/2023).
Sebagai informasi, jaringan 5G memiliki kecepatan unduh dan unggah yang jauh berkali-kali lipat dari 4G dengan latensi yang lebih rendah dan memiliki bandwith yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, jaringan 5G memungkinkan berbagai perangkat pintar bekerja secara maksimal, termasuk mendukung transformasi jaringan listrik pintar (smart grid) dalam smart city.
Setidaknya, ada 6 alasan jaringan 5G penting dalam mendukung smart grid.
Jaringan 5G memungkinkan latensi yang sangat rendah dan bandwidth yang tinggi sehingga menyediakan visibilitas yang lebih baik terhadap performa jaringan listrik secara real-time.
Visibilitas ini mengoptimalkan pengelolaan distribusi listrik, mendeteksi adanya kesalahan atau gangguan, dan dengan cepat merespons keadaan darurat.
Kontrol daya menjadi lebih tepat karena perangkat dan sensor jaringan pintar dapat berkomunikasi dengan sistem kontrol pusat secara real-time.
Hal tersebut dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang lebih baik dan memastikan jaringan yang lebih tangguh serta efisien. Dengan demikian, stabilitas jaringan listrik terjaga, meminimalisasi frekuensi, dan durasi pemadaman listrik.
Dengan sistem automasi canggih, 5G memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap gangguan, kesalahan, atau pemadaman jaringan melalui mekanisme perbaikan secara mandiri.
Sakelar, sensor, dan peralatan jaringan lainnya secara otomatis mendeteksi dan mengisolasi masalah, mengalihkan daya, serta memulihkan layanan sehingga meminimalisasi waktu henti dan meningkatkan keandalan jaringan secara keseluruhan.
Jaringan 5G berkecepatan tinggi dapat menangkap dan mentransfer data dengan lebih cepat. Hal ini dapat memungkinkan informasi dikumpulkan secara real-time untuk membuat model 3D terperinci yang memungkinkan staf perbaikan menavigasi situasi yang berpotensi berbahaya.
Konsep pemeliharaan prediktif didasarkan pada kemampuan untuk mendiagnosis dan memperbaiki masalah sebelum masalah tersebut mengakibatkan waktu henti yang tidak terduga.
Untuk membuat jaringan listrik lebih tangguh, perusahaan listrik harus mengambil langkah-langkah guna memungkinkan dan memfasilitasi praktik pemeliharaan prediktif.
Baca juga: Schneider Electric Beri Panduan untuk Memaksimalkan Potensi Data Center dan AI
Langkah-langkah tersebut termasuk menyebarkan sensor dan perangkat internet of things (IoT) di seluruh jaringan, menetapkan parameter dengan penggunaan software, dan menganalisis data kinerja dengan algoritma artificial intelligence (AI) untuk memprediksi potensi terjadinya kegagalan secara akurat.
Komunikasi dengan jaringan 5G membantu mempercepat proses tersebut sehingga gangguan dan waktu henti atau kegagalan yang merugikan dapat diminimalisasi. Di samping itu, umur peralatan pun dapat ditingkatkan keawetannya.
Pengukur dan perangkat pintar berkemampuan 5G menyediakan data konsumsi yang terperinci sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan energi mereka dan bisa menghemat biaya.
Hal tersebut membantu mengoptimalkan distribusi energi dan mengurangi tekanan pada jaringan listrik selama periode permintaan tinggi.
Tidak hanya itu, 5G dapat memfasilitasi komunikasi dua arah yang cepat antara konsumen dan perusahaan utilitas sehingga memudahkan pelayanan permintaan tambahan daya, informasi pembaruan harga, dan melayani program-program konsumen lainnya.
Jaringan dua arah tercipta dengan semakin banyak konsumen energi yang menjadi produsen melalui penggunaan energi terbarukan dan penyimpanan energi yang terus meningkat.
Dengan memanfaatkan konektivitas 5G, operator jaringan listrik dapat secara efisien memantau dan mengontrol produksi dan penyimpanan energi dari sumber-sumber yang terdesentralisasi ini.
Hal ini memastikan integrasi energi terbarukan yang lancar ke dalam jaringan, menyeimbangkan pasokan dan permintaan, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya energi bersih.
Baca juga: Schneider Electric Luncurkan Sustainability School di Indonesia, Bisa Diakses Gratis
“Kontinuitas dan keandalan data smart grid juga perlu didukung oleh edge computing yang memungkinkan data jaringan utilitas yang berasal dari berbagai sensor diproses secara lokal,” kata Surya.
Pihaknya pun mengatakan bahwa Schneider Electric selama 50 tahun terakhir telah turut berpartisipasi dalam mendukung perusahaan listrik negara maupun perusahaan utilitas swasta dalam pendistribusian listrik.
“Kami siap mendukung pengembangan smart grid (dan smart city) di Indonesia melalui solusi EcoStruxure,” kata Surya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya