Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2023 Diproyeksikan Jadi Tahun Terpanas, Suhu Naik Hampir 1,5 Derajat Celsius

Kompas.com - 09/11/2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – 2023 diproyeksikan menjadi tahun terpanas sejak pencatatan suhu dilakukan beberapa abad yang lalu.

Proyeksi tersebut disampaikan oleh para ilmuwan dari layanan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S).

Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan, hingga Oktober 2023 saja, rata-rata suhu Bumi sudah 1,43 derajat.

Baca juga: Oktober 2023 Jadi yang Terpanas Sejak Era Industri

Angka tersebut mendekati ambang batas 1,5 derajat celsius yang telah disepakati dunia internasional dalam Perjanjian Paris pada 2015.

Penyebab utama naiknya suhu Bumi ini disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK), sehingga secara akumulatif memerangkap sinar matahari lebih banyak.

“Kami dapat mengatakan dengan hampir pasti bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat,” kata Burgess, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (8/11/2023).

Dia menyampaikan, urgensi untuk melakukan aksi iklim yang ambisius menjelang KTT Iklim COP28 akan sangat tinggi.

Baca juga: 10 Kota/Kabupaten Terpanas di Indonesia Hari Ini, Majalengka 37,8 Derajat Celsius

C3S menemukan, suhu rata-rata global antara bulan Januari hingga Oktober 2023 adalah yang tertinggi yang pernah tercatat.

Suhu ini mengalahkan rata-rata 10 bulan pada 2016 yang sebelumnya merupakan pemegang rekor tahun terpanas saat ini.

Sementara itu, ilmuwan iklim dari Imperial College London Friederike Otto mengatakan, tahun ini dunia telah menyaksikan berbagai fenomena yang luar biasa seperti gelombang panas dan kekeringan yang diperburuk oleh suhu ekstrem.

Berbagai fenomena ekstrem tersebut menyebabkan kematian, orang kehilangan mata pencaharian, pengungsian, dan sebagainya.

“Fakta bahwa kita melihat rekor tahun panas ini berarti rekor penderitaan manusia,” kata Otto.

Baca juga: September 2023 Terpanas Sepanjang Catatan Sejarah

“Itulah sebabnya perjanjian Paris adalah perjanjian hak asasi manusia (HAM), dan jika tidak memenuhi tujuan yang terkandung di dalamnya, maka perjanjian tersebut merupakan pelanggaran HAM dalam skala besar,” tambahnya.

Akshay Deoras, seorang peneliti meteorologi di University of Reading, menuturkan bahwa sejak Juni, Bumi mengalami suhu yang santa tinggi dibandingkan sebelum-sebelumnya.

“Sungguh menakutkan melihat suhu global sejak Juni 2023 jauh lebih hangat dibandingkan paruh kedua tahun 2015, ketika El Nino jauh lebih kuat,” kata Deoras.

“Planet kita terus melewati tonggak sejarah buruk dalam sejarah meteorologinya, dan tidak mengherankan jika kita melihat rekor baru di bulan-bulan berikutnya,” tambahnya.

Richard Allan, seorang ilmuwan iklim di University of Reading, menyampaikan satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mencegah Bumi semakin panas adalah dengan mengurangi emisi GRK secara besar-besaran dan cepat di semua sektor.

Baca juga: Suhu Naik Terus, 2023 Bakal Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

LSM/Figur
Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program 'AKSI' di Banjarnegara Jateng

Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program "AKSI" di Banjarnegara Jateng

BUMN
Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

LSM/Figur
Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Pemerintah
BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

Pemerintah
Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

LSM/Figur
Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Pemerintah
Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau