Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Perundingan perjanjian pengendalian polusi plastik global yang digelar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memasuki putaran ketiga.

Hingga Minggu (19/11/2023), perundingan perjanjian yang bernama Intergovernmental Negotiating Committee on Plastic Pollution (INC3) tersebut telah menarik lebih dari 500 proposal dari berbagai negara.

Perundingan INC3 putaran ketiga ini digelar di Ibu Kota Kenya, Nairobi.

Baca juga: Resmikan Collection Center Terbaru, POPSEA Komitmen Melawan Polusi Plastik

Dilansir dari Reuters, para perunding memiliki waktu hingga akhir tahun depan untuk mencapai kesepakatan mengenai pengendalian plastik.

Ada ketidaksepakatan serta tarik ulur antara produsen minyak, petrokimia, dan plastik dengan aktivis lingkungan.

Negara-negara produsen minyak, petrokimia, dan plastik mendorong agar plastik haurs didaur ulang dan digunakan kembali alias reuse dan recycle.

Akan tetapi, kelompok aktivis lingkungan dan sejumlah negara mendesak pengurangan produksi plastik atau reduce.

Baca juga: BCA Expo 2023 Kumpulkan 3.500 Lebih Sampah Botol Plastik lewat Mesin Daur Ulang Bakti BCA

Kelompok peduli lingkungan, Greenpeace, mengatakan keberhasilan kesepakatan ini mengharuskan AS dan Uni Eropa menunjukkan kepemimpinan yang lebih besar dibandingkan yang mereka tunjukkan sejauh ini.

“Kenyataannya adalah INC3 gagal memenuhi tujuan intinya: memberikan mandat untuk menyiapkan rancangan pertama naskah perjanjian,” kata pemimpin delegasi dari Greenpeace, Graham Forbes.

Dua putaran pembicaraan lagi akan dilakukan tahun depan untuk mencoba menyelesaikan kesepakatan perjanjian pengendalian polusi plastik global tersebut.

Proposal untuk mengadakan sesi tambahan sebelum putaran berikutnya di Kanada, yang dikenal sebagai perundingan antarsesi, gagal diajukan dalam rapat pleno terakhir di Kenya.

Baca juga: Dibuang Sayang, Yuk Bikin Kerajinan Tangan dari Botol Plastik untuk Selamatkan Lingkungan

Bethanie Carney Almroth, ahli eko-toksikologi dari Universitas Gothenburg di Swedia, yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, mengatakan dunia sedang menghadapi tantangan besar.

“Plastik berkaitan dengan perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta ancaman dan krisis besar lainnya yang kita sebagai populasi manusia hadapi di planet ini,” ujarnya.

Belum ada komentar langsung dari PBB.

Kurang dari 10 persen sampah plastik didaur ulang

Juru Bicara International Council of Chemicals Association Stewart Harris mengatakan, pembicaraan di Nairobi telah menghasilkan ide-ide bagus.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau