KOMPAS.com – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan, generasi muda memiliki peran penting menjadi bagian dari transisi energi di Indonesia.
Salah satu contohnya ikut terlibat langsung dan memberikan sumbangsih bagi pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Hal tersebut disampaikan Dadan dalam "ASEAN Golden Generation Conference di Gedung Merdeka" di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (9/12/2023).
Baca juga: Di COP28, Sri Mulyani Curhat Indonesia Butuh Dana Jumbo untuk Transisi Energi
Acara ASEAN Golden Generation Conference ini berlangsung secara hibrida, melibatkan 150 orang mahasiswa dari 35 perguruan tinggi di Indonesia dan beberapa negara ASEAN.
“Anak muda diharapkan dapat membantu memberikan sosialisasi pentingnya penggunaan EBT, menciptakan inovasi teknologi di bidang EBT, atau bahkan dapat ikut mengembankan start up dengan memanfaatkan potensi energi setempat,” ungkap Dadan dilansir dari siaran pers Kementerian ESDM.
Di samping itu, Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah ruah namun belum sepenuhnya dioptimalkan.
Energi surya memiliki potensi 3.295 gigawatt (GW), energi angin potensinya 155 GW, energi air potensinya 95 GW, energi laut 60 GW, dan energi panas bumi potensinya 24 GW. Jika dijumlahkan, potensi EBT Indonesia 3.686 GW.
Baca juga: BPK Ungkap Masalah Transisi Energi dan Rendahnya Kemajuan RUPTL
“Indonesia punya peluang energi terbarukan yang belum termanfaatkan optimal, mimpi besar transisi energi hanya dapat diwujudkan melalui aksi nyata anak bangsa,” tutur Dadan.
Di sisi lain, Indonesia menjadi salah satu negara paling rentan terhadap perubahan iklim. Sejak 1981 hingga 2018, tren kenaikan suhu di Nusantara mencapai sekitar 0,03 derajat celsius tiap tahunnya.
Perubahan iklim tak lepas dari aktivitas manusia yang melepaskan gas karbon. Contohnya, kata Dadan, pembakaran 1 liter bensin melepaskan 2,5 kilogram karbon dioksida.
Baca juga: Percepat Transisi Energi Berkeadilan, PLN dan GEAPP Teken Kesepakatan
“Begitu juga penggunaan AC di malam hari menghabiskan 3 kWh (kilowatt jam) yang kira-kira sama dengan 3 kilogram karbon dioksida,” terang Dadan.
Salah satu solusi mengurangi gas karbon adalah dengan mengembangkan EBT dan pengurangan emisi sektor energi.
Dadan juga menuturkan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan juga akademisi bisa diakselerasikan bersama untuk mengoptimalkan pengembangan EBT di Indonesia.
Baca juga: Bukan Hanya Pemerintah, Generasi Muda Perlu Dilibatkan dalam Transisi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya