Jika kegiatan-kegiatan ini terjadi di sekitar proyek, ada risiko tinggi bahwa setelah proyek berakhir, pemerintah akan memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menebang hutan dan menggunakan lahan untuk produksi komoditas.
Masalah umum yang muncul dalam banyak proyek adalah membesar-besarkan secara tidak wajar emisi dasar untuk menghasilkan lebih banyak kredit karbon untuk proyek. Sehingga, mengambil kredit untuk hal yang sebenarnya tidak dilakukan oleh proyek tersebut.
Emisi dasar merujuk pada emisi yang akan dilepaskan jika proyek tidak ada.
Contohnya, suatu proyek dilakukan di daerah kecil yang telah ditebang habis di dekat kota atau pantai sebagai daerah referensi.
Proyek tersebut akan menggunakan daerah ini untuk memprediksi deforestasi hingga 100 persen dari seluruh area proyek yang terisolasi dengan kepadatan penduduk rendah selama 30 tahun ke depan.
Akibatnya, terjadi penerbitan dan penjualan kredit karbon di mana satu kredit karbon sebenarnya tidak setara dengan satu ton CO2 yang dihilangkan dari atmosfer, yang merupakan nilai perdagangan yang umumnya diterima di pasar.
Dalam beberapa kasus, untuk mendirikan proyek yang menghasilkan kredit karbon, pemilik tanah (seperti pemerintah) mungkin memaksa menggusur orang-orang yang tinggal di wilayah proyek.
Seringkali, penggusuran ini menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia. Seperti yang terjadi pada 2019 saat Mahkamah Agung India memerintahkan penggusuran paksa jutaan orang yang tinggal di hutan, setelah kasus yang diajukan oleh organisasi konservasi satwa liar.
Atau proyek tersebut mungkin tidak memberikan manfaat yang dijanjikan, seperti pembangunan sekolah, atau masyarakat mungkin tidak puas dengan proses pembagian manfaat.
Sebagai contoh, pendapatan dari kredit karbon mungkin diinvestasikan dalam fasilitas (gudang atau pabrik penggilingan padi) yang hanya menguntungkan beberapa anggota masyarakat.
Bisa juga pembagian manfaat hanya ditujukan untuk pemilik tanah, sementara banyak anggota masyarakat tidak memiliki tanah.
Contohnya, menanam pohon kecil dan menjual kredit karbon berdasarkan CO2 potensial yang akan diserap oleh pohon ini saat tumbuh hingga dewasa selama 50 tahun ke depan.
Kredit tersebut bergantung pada perkiraan yang kurang pasti tentang keberhasilan di masa depan, sehingga emisi saat ini hanya akan dihapus pada masa depan.
Meskipun pertumbuhan stok karbon baru penting untuk mengatasi perubahan iklim, mengimbangi emisi hari ini dengan proyek-proyek yang akan menyerap jumlah CO2 yang sama selama 50 tahun ke depan, tidak dapat disebut sebagai kompensasi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya