JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Setara Institute baru-baru ini merilis Indeks Kota Toleran (IKT) 2023 yang menilai tingkat toleransi beberapa kota Indonesia.
Dalam studi tersebut, Setara Institute menggunakan empat variabel dan delapan indikator terhadap 94 kota di Indonesia.
Ada empat kota yang tereliminasi, yang merupakan kota-kota administrasi di DKI Jakarta karena digabungkan menjadi satu kota DKI Jakarta.
Hasilnya, Singkawang di Kalimantan Barat menjadi kota paling toleransi di Indonesia dengan skor 6,500 dari skala 1-7. Kota ini juga telah meraih peringkat pertama sebagai kota paling toleran di Indonesia selama tiga tahun berturut-turut, sejak 2021.
Baca juga: Daftar Kota Paling Toleran dan Intoleran 2023
"Ada begitu banyak fakta yang menunjukkan bahwa Singkawang itu menjadi model. Bagaimana kota itu menata kelola toleransi di kotanya, ada peraturan daerah, tidak ada kasus," ujar Direktur Eksekutif Setara Institute Halili Hasan, usai Peluncuran Hasil Riset dan Penghargaan IKT 2023 di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Kehidupan warga Singkawang juga sudah menerapkan nilai-nilai toleransi. Misalnya, toleransi menjadi parameter untuk mencegah kenalakan remaja.
Halili menambahkan, kota-kota lainnya yang juga berada di posisi 10 tertinggi, seperti Bekasi di peringkat kedua, juga telah menerapkan toleransi di berbagai aspek.
Menurutnya, ada tiga penopang kepemimpinan ekosistem toleransi. Ketiga hal tersebut adalah kepemimpinan politik toleransi, kepemimpinan sosial, dan kepemimpinan birokrasi.
"Seperti Bekasi, kalau kita cek platform paradigmanya itu kemajuan toleransi, itu bagus. Jadi kepemimpinan politiknya kuat, kepemimpinan birokrasi bagus, kepemimpinan sosialnya pun kuat," imbuhnya.
Berikut daftar selengkapnya 10 kota dengan nilai toleransi tertinggi di Indonesia pada tahun 2023, versi Setara Institute.
Sebagai informasi, penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan empat variabel dan delapan indikator.
Keempat variabel yang dinilai adalah regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan demografi sosio-keagamaan.
Baca juga: Singkawang, Kota Paling Toleran di Indonesia 3 Tahun Berturut-turut
Masing-masing variabel tersebut memiliki dua indikator, sehingga total menjadi delapan, yaitu: Rencana pembangunan (10 persen), Kebijakan diskriminatif (20 persen), Peristiwa intoleransi (20 persen).
Lalu, Dinamika masyarakat sipil (10 persen), Pernyataan publik pemerintah kota (10 persen), Tindakan nyata pemerintah kota (15 persen), Heterogenitas agama (5 persen), dan Inklusi sosial keagamaan (10 persen).
Adapun sumber data studi untuk mengukur indikator ini adalah dokumen resmi pemerintah kota, data Badan Pusat Statistik (BPS), Komnas Perempuan, data SETARA Institute, dan referensi media terpilih.
Pengumpulan data juga dilakukan melalui kuesioner self-assessment kepada seluruh pemerintah kota.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya