Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Kinerja aksi iklim Indonesia mendapat skor jeblok oleh dua konsorsium pemantau global yaitu Climate Change Performance Index (CCPI) dan Climate Action Tracker.

Dalam CCPI terbaru pada 2024, Indonesia menempati peringkat 36 dari 67 negara yang dinilai aksi iklimnya.

Ranking yang diperoleh Indonesia tersebut melorot 10 peringkat dibandingkan penilaian tahun sebelumnya, di mana Indonesia menempati  posisi 26.

Baca juga: Mencari Gagasan Memperkuat Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Iklim

CCPI menilai empat aspek dalam penilaian aksi iklim setiap negara yaitu emisi gas rumah kaca (GRK), energi terbarukan, konsumsi energi, dan kebijakan iklim.

CCPI menyebutkan, kebijakan iklim Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) masih tidak selaras dengan Perjanjain Paris dan hanya didasarkan pada penghitungan business-as-usual.

Pembaruan NDC yang dilakukan Indonesia menurut CCPI hanya bersifat sementara. Target untuk mencapai netralitas karbon atau net zero emission dalam NDC memerlukan kerangka peraturan yang lebih kuat.

Sedangkan menurut Climate Action Tracker, Indonesia mendapat nilai critically insufficient alias sama sekali tidak memadai dalam aksi iklimnya.

Baca juga: Debat Hanya Tontonkan Gimmick, Cawapres Tak Paham Krisis Iklim

Nilai critically insufficient berarti aksi iklim Indonesia dinilai sama sekali tidak konsisten dalam mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Jika semua negara mengikuti pendekatan Indonesia, suhu Bumi akan naik 4 derajat celsius.

Berdasarkan kebijakan iklim yang diterapkan saat ini, Indonesia diproyeksikan akan melepaskan 300 juta ton karbon dioksida ekuivalen pada 2030.

Hal tersebut disebabkan peningkatan besar emisi pada 2022 dan penghitungan emisi dari rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara off-grid di Indonesia.

Indonesia dinilai dapat menerapkan kebijakan tambahan dengan kemampuan sendiri, namun juga memerlukan dukungan internasional untuk menerapkan kebijakan dekarbonisasi penuh.

Baca juga: Krisis Iklim Picu Kepunahan Kera Besar Lebih dari 200.000 Tahun Lalu

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, Indonesia sebetulnya adalah salah satu negara yang responsif terhadap aksi perubahan iklim.

Selain meratifikasi Perjanjian Paris, Indonesia juga telah dua kali melakukan pembaruan NDC.

Akan tetapi, jika melihat penilaian oleh dua konsorsium pemantau tersebut, janji-janji saja tidak cukup untuk melakukan aksi iklim.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Suarakan Darurat Lingkungan, Sederet Musisi Indonesia Ikuti Lokakarya IKLIM
Suarakan Darurat Lingkungan, Sederet Musisi Indonesia Ikuti Lokakarya IKLIM
LSM/Figur
Produksi Beras Berkelanjutan, Jatim-Eropa Jalin Kerjasama
Produksi Beras Berkelanjutan, Jatim-Eropa Jalin Kerjasama
Pemerintah
Waste4Change Ungkap Tiga Langkah Kunci Atasi Krisis Sampah
Waste4Change Ungkap Tiga Langkah Kunci Atasi Krisis Sampah
LSM/Figur
Tekan Emisi, Sejumlah Negara akan Kenakan Pajak untuk Penerbangan Mewah
Tekan Emisi, Sejumlah Negara akan Kenakan Pajak untuk Penerbangan Mewah
Pemerintah
KKP Gandeng Multi-Pihak Susun Strategi Perlindungan Penyu dan Cetacea
KKP Gandeng Multi-Pihak Susun Strategi Perlindungan Penyu dan Cetacea
Pemerintah
Melihat Desa Wisata Samtama, Warga Kelola Sampah hingga Tanam Pohon di Gang Sempit
Melihat Desa Wisata Samtama, Warga Kelola Sampah hingga Tanam Pohon di Gang Sempit
LSM/Figur
Bagaimana Pembuat Kebijakan Atasi Kesenjangan Pendanaan Transisi Hijau?
Bagaimana Pembuat Kebijakan Atasi Kesenjangan Pendanaan Transisi Hijau?
Pemerintah
IESR Ungkap Strategi Penuhi 100 Persen Kebutuhan Energi dari Sumber Terbarukan
IESR Ungkap Strategi Penuhi 100 Persen Kebutuhan Energi dari Sumber Terbarukan
LSM/Figur
Sulawesi, Timor, dan Sumbawa Bisa Hidup 100 Persen dari Energi Terbarukan
Sulawesi, Timor, dan Sumbawa Bisa Hidup 100 Persen dari Energi Terbarukan
LSM/Figur
Indonesia Krisis Anggaran Kontrasepsi, Cuma Cukup Sampai September 2025
Indonesia Krisis Anggaran Kontrasepsi, Cuma Cukup Sampai September 2025
Pemerintah
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Badan Geologi Temukan Lokasi Layak untuk Relokasi Korban Gempa
Pemerintah
Menteri LH: Kampung Samtama Jakpus Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Warga
Menteri LH: Kampung Samtama Jakpus Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Warga
Pemerintah
Dorong Daur Ulang Plastik di Sekolah, Mesin Penukar Sampah Pertama Hadir di Sukabumi
Dorong Daur Ulang Plastik di Sekolah, Mesin Penukar Sampah Pertama Hadir di Sukabumi
LSM/Figur
Bertemu Raja Inggris, Menteri LH Bahas Komitmen RI Lindungi Biodiversitas
Bertemu Raja Inggris, Menteri LH Bahas Komitmen RI Lindungi Biodiversitas
Pemerintah
Transisi Energi Indonesia: Hijau dalam Narasi, Abu-abu dalam Praktik
Transisi Energi Indonesia: Hijau dalam Narasi, Abu-abu dalam Praktik
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau