Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

METI Jadi Motor Penggerak Ekonomi Hijau, Kolaborasi Kunci Transisi Energi di Indonesia

Kompas.com, 14 Agustus 2025, 18:15 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menghadapi tantangan besar mewujudkan transisi energi terbarukan yang tidak hanya berkaitan dengan target Net-Zero Emissions, tetapi juga kebutuhan membangun ekosistem energi berkelanjutan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Pencapaian ketahanan energi nasional dan posisi Indonesia sebagai pemain aktif dalam isu iklim global memerlukan orkestrasi yang tepat dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, industri, hingga masyarakat sipil.

Urgensi kolaborasi ini semakin diperkuat pandangan Hashim Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim, yang menekankan perlunya ekosistem solid guna memastikan akses energi bersih dapat menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.

Mengingat kompleksitas transisi energi yang mencakup aspek teknologi, kebijakan, dan implementasi di lapangan, diperlukan forum komunikasi dan koordinasi yang mampu menjembatani kepentingan dan keahlian dari berbagai sektor.

Kehadiran METI (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia) sebagai wadah strategis bagi para pelaku energi terbarukan menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut, memfasilitasi dialog konstruktif dan aksi kolaboratif untuk mempercepat transformasi energi Indonesia.

Dalam visi dan misinya, METI berupaya meningkatkan keamanan energi, memperluas akses energi, dan mengurangi emisi gas rumah kaca, demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Norman Ginting, Direktur Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE), salah satu kandidat Ketua Umum METI 2025-2028 menegaskan peran penting METI sebagai motor penggerak ekonomi hijau.

"METI bukan hanya sebagai wadah kolaborasi, tetapi harus menjadi kekuatan penggerak yang kongkret dan berdampak langsung kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung program asta cita pemerintah dalam mendorong kemandirian bangsa, khususnya melalui green economy," ungkap Norman Ginting (13/8/2025).

Norman Ginting menegaskan Indonesia memiliki potensi besar menjadi pusat pengembangan energi terbarukan Asia Tenggara dengan menguatkan kolaborasi lintas sektor, mendorong inovasi teknologi, dan memperjuangkan kebijakan yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Dia menjelaskan, beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk transisi energi adalah mempercepat adopsi energi baru terbarukan melalui proyek proyek strategis, seperti listrik terbarukan solar PV, baterai, geothermal, biogas, biomass, PLTA, hidrogen dan angin.

Baca juga: Energi Terbarukan Saja Tak Cukup, Ahli Ingatkan Penerapan Bertanggung Jawab

Norman juga mengingatkan, pentingnya meningkatkan energi terbarukan di luar ketenagalistrikan seperti bioethanol, biodiesel, green ammonia, green hydrogen, dan memperkuat carbon trading.

"METI harus bisa mendorong kebijakan dan regulasi dengan menjadi mitra aktif pemerintah dalam menciptakan kerangka yang mendukung investasi dan percepatan implementasi ekonomi hijau," pungkas Norman Ginting.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Ancaman Pengasaman Laut di Perairan Paparan Sunda
Pemerintah
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
Perubahan Iklim Berisiko Tingkatkan Penyakit Pernapasan hingga Gangguan Mental
LSM/Figur
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
Bentrok dengan Komitmen Iklim, Reklamasi Surabaya Ancam 900 Hektar Mangrove
LSM/Figur
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
Satu Dekade RI Gagal Capai Target Bauran Energi Terbarukan, Penasihat Presiden: Memang Kita Negara Berkembang
LSM/Figur
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
Pemerintah Dinilai Tidak Kompak Dorong Energi Terbarukan
LSM/Figur
Prospek Bagus, Penasehat Presiden Jawab Kritik soal Jualan Karbon di COP30
Prospek Bagus, Penasehat Presiden Jawab Kritik soal Jualan Karbon di COP30
Pemerintah
Angklung Digital, Cara Baru Ajak Dunia Merawat Tradisi Tanah Air
Angklung Digital, Cara Baru Ajak Dunia Merawat Tradisi Tanah Air
Pemerintah
Di COP30, Kemenhut Ungkap Komitmen Rehabilitasi 12,7 Juta Ha Lahan Hutan
Di COP30, Kemenhut Ungkap Komitmen Rehabilitasi 12,7 Juta Ha Lahan Hutan
Pemerintah
Komunitas Medis Global Desak Penghapusan Bahan Bakar Fosil di COP30
Komunitas Medis Global Desak Penghapusan Bahan Bakar Fosil di COP30
Pemerintah
Program Smartani Antar Sido Muncul Jadi Peringkat Pertama Indonesia's SDGs Action Awards 2025
Program Smartani Antar Sido Muncul Jadi Peringkat Pertama Indonesia's SDGs Action Awards 2025
BrandzView
UN Women Peringatkan, Kekerasan Digital Berbasis AI Ancam Perempuan
UN Women Peringatkan, Kekerasan Digital Berbasis AI Ancam Perempuan
Pemerintah
Kelaparan Global Bisa Diatasi dengan Kurang dari 1 Persen Anggaran Militer
Kelaparan Global Bisa Diatasi dengan Kurang dari 1 Persen Anggaran Militer
Pemerintah
Gunung Semeru Erupsi, Jalur Pendakian Ditutup dan Pendaki Diminta Turun
Gunung Semeru Erupsi, Jalur Pendakian Ditutup dan Pendaki Diminta Turun
Pemerintah
Korea Selatan Pensiunkan PLTU, Buka Peluang Investasi Energi Bersih RI
Korea Selatan Pensiunkan PLTU, Buka Peluang Investasi Energi Bersih RI
LSM/Figur
Rumput Laut RI Dilirik Investor Asing untuk Produksi Sedotan Ramah Lingkungan
Rumput Laut RI Dilirik Investor Asing untuk Produksi Sedotan Ramah Lingkungan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau