Terumbu karang memang bisa mengalami pemutihan secara alami dan biasanya dipicu oleh fenomena alami pula seperti El Nino.
Baca juga: Coral Triangle Bakal Punah, AIS Forum Bantu Pemulihan Terumbu Karang
Akan tetapi, meningkatnya suhu Bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah menyebabkan peristiwa pemutihan terumbu karang menjadi lebih sering dan lebih besar secara global.
Salah satu contoh pemutihan terumbu karang yang parah adalah Great Barrier Reef, sistem terumbu karang terbesar dan terpanjang di dunia yang terletak di lepas pantai Queensland, Australia.
Luas Great Barrier Reef sekitar 350.000 kilometer persegi, lebih besar dari gabungan wilayah Inggris dan Irlandia.
Great Barrier Reef mengalami enam peristiwa pemutihan massal pada 1998, 2002, 2016, 2017, 2020, dan 2024. Peristiwa pada 2016 dan 2017 sangat parah sehingga menyebabkan kematian 50 persen terumbu karang yang ikonik tersebut.
Selain di Australia, pemutihan terumbu karang juga terjadi di kawasan seperti Asia Selatan, Pasifik, Asia Timur, Samudra Hindia Bagian Barat, Teluk Arab, dan Teluk Oman.
Baca juga: BRI Insurance Manado Gelar Transplantasi Terumbu Karang di Taman Nasional Bunaken
Meskipun peristiwa pemutihan karang tidak secara otomatis mengakibatkan kematian karang, hal ini meningkatkan kerentanan ekosistem terhadap penyakit laut dan kelaparan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Semakin lama karang mengalami pemutihan akibat berbagai tekanan, semakin sulit bagi alga untuk kembali.
"Ketika lautan di dunia terus menghangat, pemutihan karang menjadi lebih sering dan parah," kata Manzello.
Dia menambahkan, jika pemutihan terumbu karang cukup parah atau berkepanjangan, hal ini dapat menyebabkan kematian karang.
"(Kematian terumbu karab) dapat memberikan dampak negatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh terumbu karang yang menjadi sumber penghidupan masyarakat," ucap Manzello.
NOAA dan ICRI menegaskan, data terbaru tersebut harus menjadi peringatan bagi negara-negara dan memerlukan respons segera di tingkat global, regional, dan lokal.
"Kami berada di garis depan dalam penelitian, pengelolaan, dan restorasi terumbu karang, serta secara aktif dan agresif menerapkan rekomendasi Laporan Intervensi 2019," kata Direktur Program Konservasi Terumbu Karang NOAA Jennifer Koss.
Baca juga: Jaga Warisan Alam Sanur, Danamon Gelar Konservasi Terumbu Karang
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya