JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali akan mengajak para delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 menyaksikan upacara Segara Kerthi, sebagai simbol air merupakan komponen penting bagi kehidupan.
Upacara ini menunjukkan masyarakat Bali memperlakukan dan menjaga air tidak hanya dari sisi fisik tata kelola, tetapi juga hingga kehidupan spiritual.
Baca juga: Jelang WWF ke-10 di Bali, Operasi Puri Agung Digelar 10 Hari
“Tata kelola air oleh masyarakat Bali sudah sejak turun temurun dilakukan berdasarkan kearifan lokal. Ini kekuatan budaya yang bisa menjadi contoh baik dan menarik bagi delegasi. Seluruh delegasi akan diajak menyaksikan upacara tersebut di Pantai Kura-Kura,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra dalam rilis, Selasa (7/5/2024).
Segara Kerthi mengandung makna air sebagai sumber alam tempat leburnya semua kekeruhan, yang harus dilestarikan dengan tidak melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan serta menjaga nilai-nilai kesucian dan keasrian.
Selain Segara Kerthi, kekuatan budaya lokal yang diyakini menjadi daya tarik delegasi adalah Tari Pendet oleh remaja putri saat tamu negara tiba.
Untuk tamu kepala negara, tarian tersebut bahkan dilakukan di depan tangga pesawat. Sedangkan delegasi lainnya dilakukan di pintu masuk gedung VVIP Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Maka itu, Dewa Made memastikan seluruh rangkaian penyambutan tamu di World Water Forum ke-10 yang digelar pada 18 Mei 2024-25 Mei 2024 tersebut akan terselenggara dengan lancar.
Baca juga: Jelang WWF ke-10 di Bali, Operasi Puri Agung Digelar 10 Hari
Sebagai tuan rumah, Pemprov Bali akan memberikan pelayanan layaknya bagi tamu agung seperti acara internasional sebelumnya yang diselenggarakan di Pulau Dewata.
“Sejak H-2 nanti mulai dari kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga hotel dan jalanan-jalanan yang akan dilalui delegasi saat side event, penjor-penjor yang dalam masyarakat Bali menandakan penyambutan tamu agung sudah dipasang,” ujarnya.
Pemasangan Penjor sudah dilakukan sejak dari Gedung VVIP, pintu keluar bandara dan beberapa titik menuju penginapan delegasi di area Nusa Dua, serta lokasi acara (Area Nusa Dua, GWK, BTID, Museum Subak Tabanan, dan Jatiluwih).
Untuk itu, kepercayaan dunia tersebut harus dibalas dengan persiapan matang hingga ke hal paling detail. Misalnya rambu lalu lintas, kebersihan, dan keindahan.
“Ini menjadi tanggung jawab yang besar bukan hanya untuk Bali, tapi Indonesia secara keseluruhan di mata dunia,” katanya.
Maka itu, katanya, koordinasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, (Kemenko-Marves) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), termasuk TNI/Polri dan pihak lain, hingga saat pelaksanaan nanti terus dilakukan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya