Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Konsisten Berdayakan Peternak Sapi, Human Initiative Torehkan Jejak Manis di NTT

Kompas.com, 14 Mei 2024, 17:06 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

Dia juga berterima kasih kepada HI, karena telah memberikan kepercayaan kepadanya sebagai mitra selama puluhan tahun.

"Kami telah bekerja sama dengan HI sejak 1999. Selama ini, kami telah memenuhi semua kriteria untuk menyediakan hewan kurban dengan baik," ujarnya.

Usai mendengar penjelasan dari Andreas, rombongan bergerak menuju lokasi peternakan milik Arnoldus di Dusun 5 Manuat, RT 18 RW 9, Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu.

Perjalanan ditempuh sekitar setengah jam. Tidak mudah mencapai lokasi ternak milik Arnoldus karena medannya berupa jalan tanah dan melewati perkebunan jambu mete, semak belukar, dan batu karang.

Meskipun begitu, rombongan tiba di lokasi dan disambut oleh embusan angin segar dari udara perbukitan. Arnoldus memiliki enam ekor sapi, sedangkan sebagian lainnya berada di kandang yang berbeda.

"Saya sudah siapkan 60 ekor sapi untuk dijadikan kurban tahun ini. Jika ada permintaan lebih, saya akan penuhi," ujar Arnoldus, sambil menyuguhkan kelapa muda segar kepada semua rombongan.

Dibandingkan Andreas, Arnoldus memiliki banyak pengalaman sebagai peternak sapi. Hampir sepanjang hidupnya, ia selalu berhubungan dengan sapi.

"Saya telah menjadi peternak sapi selama 41 tahun, banyak pengalaman dalam memelihara sapi. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya mengobati sapi yang sakit dan diobati pakai medis tidak sembuh, saya menggunakan ramuan tradisional. Dan itu selalu berhasil,” kata Arnoldus dengan penuh optimistis.

Tentang kerja sama dengan HI, Arnoldus menyatakan bahwa selama ini semuanya berjalan dengan lancar dan dia selalu dipercaya.

"Saya lebih duluan dari Andreas. Sejak 1999, saya sudah menyediakan hewan kurban untuk HI. Itu sudah berlangsung selama 25 tahun dengan HI," ujar Arnoldus.

Dalam kemitraannya dengan HI, Arnoldus mengaku mendapatkan keuntungan hingga mencapai 30 persen dari penjualan setiap sapi, yang diperoleh setiap Idul Adha.

"Saat hajatan kurban tiba, kami merasa sangat bahagia karena harga jualnya di atas ketika diambil oleh HI. Kami bisa mendapatkan hingga 30 persen. Jika dijual kepada tengkulak, harga jualnya justru akan turun," imbuhnya.

Karena sudah lama bermitra dengan HI, ternak sapi miliknya dijaga sesuai dengan syarat yang harus dipatuhi berdasarkan hukum Syariah.

"Kami sudah mengetahui persyaratan sapi yang akan dijadikan kurban. Kesehatannya harus tetap terjaga, bersih, dan tidak boleh cacat," katanya.

Arnoldus juga mengungkapkan bahwa sejak 1999, sekitar 6.000 sampai 7.000 ternak sapi telah dijadikan hewan kurban.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau