KUPANG, KOMPAS.com - Masalah stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menjadi perhatian serius dari sejumlah pihak.
Organisasi berbasis gizi Nutrition International bersama dengan Save The Children misalnya, menerapkan program Better Investment for stunting (BISA), untuk mencegah meningkatnya angka stunting di NTT.
Dua organisasi internasional itu, berkolaborasi dengan pemerintah membantu menangani stunting di di dua kabupaten di NTT yakni Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
"Program ini mencakup intervensi yang terbukti memberikan dampak besar selama 1.000 hari pertama kehidupan, dari masa kehamilan hingga anak mencapai usia dua tahun, serta masa remaja (10-19 tahun)," kata Regional Communication Manager Nutrition International Jigyasa Nawani, Jumat (7/6/2024).
Baca juga: Daun Kelor Bisa Tekan Angka Balita Stunting dan Anemia
Menurut Nawani, program BISA telah dilaksanakan di dua Kabupaten itu sejak tahun 2019 hingga 2024.
Hasilnya, berdampak positif untuk mendukung program mengatasi masalah stunting di NTT.
Program BISA berfokus pada intervensi gizi spesifik serta sensitif. Intervensi itubagian dari program pengurangan stunting di Indonesia termasuk di NTT.
Intervensi utama BISA menyasar tingkat keluarga dan komunitas. BISA juga berfokus pada kampanye yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan norma terkait pemberian kebersihan, sanitasi dan air susu ibu.
"Program bisa juga memberikan makanan pendamping dan memberikan edukasi gizi kepada remaja putri yang bersekolah," sebut Nawani.
Pada tingkat sistem, BISA meningkatkan kapasitas para petugas kesehatan, staf pengawas, dan pemangku kepentingan terkait di tingkat kabupaten dan provinsi.
Tujuannya, agar memberikan layanan gizi berkualitas yang berkesinambungan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Kemudian di tingkat pemerintah, BISA mendukung implementasi kebijakan nasional di tingkat pemerintah yang lebih rendah dengan mengembangkan kemampuan pemimpin lokal dan merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi para pemangku kepentingan.
Baca juga: Atasi Stunting, Dana Desa Perlu Dioptimalkan Pelatihan Kader Posyandu
Senior Program Officer Nutrition International Handayani Wasti Sagala menjelaskan, dukungan BISA di NTT sejauh ini yakni melaksanakan kegiatan perubahan perilaku dan sosial, yang bertujuan meningkatkan praktik gizi dan ASI, air sanitasi dan kebersihan bagi remaja dan ibu hamil dan menyusui.
BISA juga meningkatkan sumber daya tenaga kesehatan, kemudian manajemen rantai pasokan suplemen gizi dan produk kesehatan.
"Selain itu memperkuat sistem informasi kesehatan dan meningkatkan tata kelola pemerintah," ujar Handayani.
Acting Director of Health and Nutrition Indonesia Save The Children Aduma Lestari Situmorang menyebut, kehadiran Save the Children untuk memastikan tiga hal yang menjadi misi yakni anak bisa tumbuh, anak bisa hidup, tumbuh dan berkembang, mendapat perlindungan dan berpartisipasi, dan dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan berbagai donor.
Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia Bapperida Provinsi NTT Esron M Elim mengatakan, NTT diberikan target berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (SKI) pada tahun 2025 angka prevelensi harus turun menjadi 33,1 persen anak penderita stunting dari data saat ini ada 37,8 persen.
Sehingga, pemerintah butuh banyak mitra untuk membantu dengan berbagai caranya agar target yang diberikan ini bisa tercapai.
"Kita apresiasi dua organisasi non pemerintah ini yang sudah sejak tahun 2019 membantu menurunkan angka stunting dengan program BISA," ujar Esron.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya