Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tantangan Ekonomi Sirkular, Satu di Antaranya Daur Ulang

Kompas.com - 09/07/2024, 22:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep ekonomi sirkular yang belakangan ini digaungkan pemerintah dan beberapa industri, masih menghadapi sejumlah tantangan.

Untuk diketahui, ekonomi sirkular adalah konsep membuat nilai produk, bahan, dan sumber daya alam dalam perekonomian berumur panjang, guna meminimalkan kerusakan lingkungan.

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) telah memberikan dukungan untuk mendorong implementasi ekonomi sirkular bagi semua pihak, dengan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Namun, Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen, Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik mengatakan masih ada sejumlah tantangan.

Baca juga: 5 Manfaat Ekonomi Sirkular

“Kami dari pemerintah melihat, memang tidak mudah. Tantangannya besar sekali. Pertama, tentunya ketika bicara soal daur ulang yang dilakukan oleh produsen, tidak semua industri punya komitmen yang tinggi,“ ujar Ujang dalam talkshow “Jaga Indonesia: Membangun Sistem Daur Ulang Berbasis Komunitas untuk Perubahan Sosial yang Positif” di Jakarta Fair Kemayoran, Jakarta Utara, Selasa (9/7/2024).

Menurutnya, sudah ada sejumlah industri di Indonesia tang berkomitmen terhadap penerapan ekonomi sirkular, salah satunya Coca Cola. Namun, tak sedikit produsen yang belum memiliki komitmen.

Bahkan, ada industri yang sengaja tidak menerapkan ekonomi sirkular, karena tidak mendapatkan sanksi. Seandainya mendapat sanksi, barulah perusahaan tersebut berubah.

“Berbuat baik, tapi harus disanksi, kan aneh. Menunggu sanksi. Itu ada yang seperti itu. Jadi level komitmennya sangat beragam, gapnya sangat tinggi,” imbuhnya.

Masyarakat dan perubahan perilaku

Tantangan besar berikutnya, adalah dari sisi masyarakat atau konsumen yang belum terbiasa memilah sampah.

“Mungkin tidak tahu atau tidak paham, ini tantangan terbesar kita. Teman-teman mahasiswa bisa jadi penggerak, agen perubahan,” tambah Ujang.

Ia mengatakan, agen perubahan anak muda dapat menjadi pendorong dan mengajak orang di sekitar untuk memilah dan mengumpulkan sampah, terutama botol plastik, bukan langsung membuangnya.

Tantangan terakhir, keterlibatan pemerintah daerah dalam menyediakan infrastuktur dan dorongan ekonomi sirkular di tiap kota/kabupaten, masih harus terus ditingkatkan.

Baca juga: MMSGI Tawarkan Model Sirkular Air di Lanskap Pascatambang

Senada, Head of Sustainability Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Natasha Gabriella mengatakan, salah satu tantangan terbesar adalah dari kebiasaan masyarakat yang masih sulit berubah.

“Karena memang di setiap komponen, mulai dari kebiasaan kita, perilaku kita, dari sektor industri pun, untuk sama-sama bergerak menuju arah yang sama, itu juga salah satu, kalau kita bisa, itu pasti bisa lebih cepat lah yang namanya ekonomi sirkular,” tutur Natasha.

Di samping itu, belum seluruh industri memiliki kesadaran untuk mengelola sampah menjadi dapat digunakan kembali dan bernilai ekonomi.

Kemudian, dari segi produsen, ia mengakui adanya tantangan finansial serta kurangnya teknologi pendukung dari dalam negeri.

“Selain itu juga harus diakui, dari sisi teknologi, kita kan masih mengandalkan teknologi dari luar, tentunya kan kalau bisa kita pakai teknologi dari dalam negeri, tentunya kan investasinya bisa lebih ditekan,” Natasha menambahkan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara, Ardhina Zaiza mengatakan bahwa nilai penting ekonomi sirkular harus dipahami oleh masyarakat terlebih dahulu.

“Teman-teman harus menyadari bahwa ini tuh ada nilai ekonominya, dan nilai ekonominya nantinya bisa menghidupi orang lain. Jadi, jangan dipandang ini sebagai, yaudah sampah aja. Kan, ada nilai lebih di sini. Jadi, bagaimana menyadarkan komunitas, masyarakat, pemerintah semua bahwa ini adalah sesuatu yang valuable,” tutur Ardhina.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kebakaran Lahan Gambut Akibat El Nino Bisa Terulang pada 2027
Kebakaran Lahan Gambut Akibat El Nino Bisa Terulang pada 2027
LSM/Figur
Bappenas : PDB Pantura Besar, Pembangunan 'Giant Sea Wall' Demi Selamatkan Indonesia
Bappenas : PDB Pantura Besar, Pembangunan "Giant Sea Wall" Demi Selamatkan Indonesia
Pemerintah
Musim Panas Ekstrem di Eropa Sebabkan Kerugian 43 Miliar Euro
Musim Panas Ekstrem di Eropa Sebabkan Kerugian 43 Miliar Euro
LSM/Figur
23 Ribu Lahan Gambut Terbakar pada Juli 2025, 56 Persen Terkait Izin Sawit dan PBPH
23 Ribu Lahan Gambut Terbakar pada Juli 2025, 56 Persen Terkait Izin Sawit dan PBPH
LSM/Figur
IEA Proyeksikan Pertumbuhan Kuat Proyek Hidrogen Rendah Emisi
IEA Proyeksikan Pertumbuhan Kuat Proyek Hidrogen Rendah Emisi
Pemerintah
KKP Bangun Kampung Nelayan Merah Putih di 65 Lokasi Pada Tahun Ini
KKP Bangun Kampung Nelayan Merah Putih di 65 Lokasi Pada Tahun Ini
Pemerintah
Geo-engineering Tidak Cukup untuk Lindungi Kutub dari Perubahan Iklim
Geo-engineering Tidak Cukup untuk Lindungi Kutub dari Perubahan Iklim
Pemerintah
Titik Karhutla 2025 Terbanyak di Kalbar, Kontributor Terbesar dari Pembukaan Lahan Sawit
Titik Karhutla 2025 Terbanyak di Kalbar, Kontributor Terbesar dari Pembukaan Lahan Sawit
LSM/Figur
Wujud Kepedulian, Pertamina Salurkan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir di Bali
Wujud Kepedulian, Pertamina Salurkan Bantuan Sembako untuk Korban Banjir di Bali
BUMN
Laporan Bank Dunia: Perlindungan Alam Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan
Laporan Bank Dunia: Perlindungan Alam Kunci Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan
Pemerintah
Pertagas Kembangkan Budidaya Madu hingga Ikan Keramba untuk Berdayakan Masyarakat Riau
Pertagas Kembangkan Budidaya Madu hingga Ikan Keramba untuk Berdayakan Masyarakat Riau
BUMN
Salahkan Cuaca Ekstrem Jadi Penyebab Karhutla, Menhut Dinilai Lepas Tanggung Jawab
Salahkan Cuaca Ekstrem Jadi Penyebab Karhutla, Menhut Dinilai Lepas Tanggung Jawab
Pemerintah
KLH Segel Perusahaan yang Diduga Jadi Sumber Paparan Radioaktif Udang Beku
KLH Segel Perusahaan yang Diduga Jadi Sumber Paparan Radioaktif Udang Beku
Pemerintah
BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali
BRIN Sebut 5 Faktor Gabungan Sebabkan Hujan Ekstrem hingga Banjir di Bali
Pemerintah
Menteri LH: Krisis Pengelolaan Sampah Picu Banjir Parah di Bali
Menteri LH: Krisis Pengelolaan Sampah Picu Banjir Parah di Bali
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau