PULAU PARI, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nasional bekerja sama dengan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, untuk advokasi lingkungan hidup sekaligus mengatasi krisis iklim.
Kolaborasi tersebut dilakukan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama atau Memorandum of understanding (MoU) di Pantai Rengge, Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Senin (8/7/2024).
Direktur Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi mengatakan, tujuan dari kerja sama ini adalah menguatkan advokasi dan kampanye publik dalam isu lingkungan hidup.
Termasuk keadilan ekologis dan keadilan iklim, serta menguatkan pengembangan program berbasis data dan pendekatan yang berkelanjutan dan berdampak pada lingkungan hidup maupun masyarakat.
Baca juga: Rukun Raharja dan BEM UI Gelar Aksi Lingkungan di Ujung Kulon
“Kami berhasil memaknai pertemuan dua organisasi ini sebagai perkawinan antara dua anggota gerakan yang memobilisasi nilai dan moral kemanusiaan, dan gerakan yang melindungi, memajukan hak manusia atau lingkungan,” ujar Zenzi dalam sambutannya, Senin.
Kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun, dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan.
Sementara itu, Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa Juperta Panji Utama mengatakan, pihaknya tak hanya berperan sebagai lembaga kemanusiaan, melainkan juga sosial termasuk dari segi lingkungan.
“Masyarakat memang belum dikasih tahu bahwa Dompet Dhuafa selain ngurusin ekonomi, ngurusin pendidikan, kesehatan, itu ada ngurusin sosial kemanusiaan. Di dalam sosial kemanusiaan itu ada urusan lingkungan, di dalam lingkungan itu salah satunya lagi ada kebencanaan dan sebagainya,” papar Panji.
“Nah belakangan, kami mulai tampakkan aslinya Dompet Dhuafa, keberpihakan Dompet Dhuafa kepada lingkungan,” tambahnya.
Sebab, sudah sejak lama, beberapa perusahaan kerapkali mengintimidasi warga, demi menguasai seluruh lahan di Pulau Pari.
"Perjuangan kami dari 2014 sampai saat ini, kami masih tetap berjuang, untuk ruang hidup dan kehidupan kami disini. Yang bisa kami lakukan, ya kayak gini," kata Asmania atau Aas dalam sambutannya.
Baca juga: Indonesia Olah Limbah, Komitmen Keberlanjutan Lingkungan
Lebih lanjut, Aas mengungkapkan perubahan iklim mengakibatkan abrasi di Pantai Rengge kian memburuk. Pohon-pohon di pinggir pantai tumbang, daratan juga mulai habis.
Menurutnya, pengelolaan lingkungan Pantai Rengge dan Pulau Pari secara keseluruhan bukan hanya untuk warga, tetapi juga untuk anak cucu generasi berikutnya.
“Kami hanya ingin hidup tenang dan damai di Pulau Pari. Karena kami sudah sejahtera dengan laut kami. Dan berharap laut serta daratan kami akan baik-baik saja," imbuh Aas.
Adapun dalam MoU yang ditandatangani hari ini, Senin (8/7/2024), beberapa kerja sama antara DMC dan Walhi mencakup:
1. Advokasi program lingkungan hidup
2. Mendapatkan dukungan publik (donasi, bibit, dan yang bersifat barang)
3. Penelitian, pengembangan, serta publikasi riset
4. Penguatan informasi dan edukasi mengenai krisis iklim, deforestasi, konservasi alam
5. Mitigasi bencana, mitigasi, dan adaptasi krisis iklim
“Kerja sama ini untuk seluruh pesisir di Indonesia, yang dimulai dari Pulau Pari. Pulau Pari ini bagi Walhi adalah potret perjuangan masyarakat pesisir, masyarakat pulau kecil di Indonesia,” terang Zenzi.
Adapun usai penandatanganan perjanjian kerja sama, kegiatan dilanjutkan dengan penanaman 1.000 mangrove di kawasan Pantai Rengge, Pulau Pari.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya