JAKARTA, KOMPAS.com - MMS Group Indonesia (MMSGI) mengembangkan model sirkular dalam mengatasi masalah air bersih di empat desa di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil riset internal, air yang berada di lanskap pascatambang dapat dimanfaatkan sebagai reservoir air berkualitas murni.
Menurut MMSGI, hasil riset ini merupakan potensi transformatif tumbuhnya peluang dalam menyediakan air bersih dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
Program air bersih ini juga sekaligus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 6 Air Bersih dan Sanitasi Layak, dan SDGs 3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan.
Baca juga: Basuki Ngaku Terinspirasi Xi Jinping Soal Manajemen Air
Hal ini karena akses terhadap air bersih dapat membantu meningkatkan kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
Tak hanya itu, program ini juga mendukung pilar SDGs 9 yakni Industri, Inovasi, dan Infrastruktur serta SDGs 13 Penanganan Perubahan Iklim.
Kemudian mendukung SDGs 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDGs 11 Kota
dan Komunitas Berkelanjutan, serta SDG s17 Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan.
Proyek penyaluran air bersih dari lanskap pascatambang ini dibangun dalam total area 8,6 hektar dengan volume air mencapai 2,7 juta meter kubik.
Proyek program sirkulasi air bersih dari lanskap pascatambang ini mampu menjangkau hingga sekitar 3.000 warga di empat desa di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Sentuk, Lung Anai, Rempanga dan Donomulyo.
Baca juga: Perpamsi Usulkan Pembentukan Undang-undang hingga Kementerian Air dan Sanitasi
CEO MMSGI Sendy Grety mengungkapkan, jika bisa dikelola dengan baik, program model sirkular air bersih dari lanskap pascatambang ini akan meminimalisasi dampak terhadap lingkungan sosial.
"Lanskap pascatambang menghadirkan tantangan yang beragam, padahal aset pascatambang sebenarnya bisa ditransformasikan menjadi penghidupan dan lingkungan pascatambang berkelanjutan," tutur Sendy dalam keterangannya kepada Kompas.com, Sabtu (25/5/2024).
Proyek sirkular air bersih dari lanskap pascatambang ini melibatkan pembangunan infrastruktur air inovatif dengan memanfaatkan teknologi pompa hidram yang tidak memerlukan listrik.
Dengan melaksanakan proyek di bawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), inisiatif ini tidak hanya memastikan kepemilikan dan pemberdayaan lokal tetapi juga menumbuhkan ketahanan ekonomi masyarakat pascatambang.
Baca juga: Pengembangan Akses Air Minum dan Sanitasi Tahap I Serap Rp 3 Triliun
Keterlibatan BUMDes, ekosistem pendukung, pemerintah, masyarakat serta swasta membuat model sirkular yang berkelanjutan sesuai dengan.
Dalam merealisasikan program ini, MMSGI mengajak talenta-talenta muda berbakat dan menggandengUN Global Compact, dan Indonesia Global Compact Networks (IGCN).
Kerjasama ini dilakukan demi mendukung generasi inovator masa depan melalui SDGI Accelerator bagi para profesional muda.
"Fokusnya adalah pada pengembangan dan penerapan solusi inovatif melalui teknologi, inisiatif, dan model bisnis terbaru yang berkontribusi terhadap tujuan keberlanjutan perusahaan," tuntas Sendy.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya