Lalu apa akar masalah Indonesia tidak mampu menciptakan pendidikan lingkungan seperti Denmark? Jawabannya adalah kita belum terintegrasi. Baik integrasi teknologi maupun integrasi regulasi.
Tidak adanya integrasi antarlembaga kementerian terkait dalam pendidikan lingkungan menjadi akar masalah Indonesia menuju ramah lingkungan.
Terbaru, Presiden Jokowi sempat menyentil lembaga kementerian yang memiliki ribuan aplikasi. Artinya integrasi teknologi tak berjalan.
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang masih acak-acakan menambah rumitnya regulasi untuk disepakati bersama.
Menurut survei United Nations (UN) E-Government Survey (survei tentang pengembangan dan pelaksanaan e-government) 2020, Indonesia berada pada peringkat 88 (skor 0.6612) dari 193 negara.
Bandingkan dengan Denmark di survei dan tahun yang sama, mereka menempati peringkat pertama dengan skor 0.9717 dari 193 negara.
Jadi, integrasi adalah solusi mutlak untuk mampu menciptakan pendidikan lingkungan seperti Denmark. Apakah Indonesia mampu?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya