KOMPAS.com - Olimpiade Paris 2024, Perancis, dibayang-bayangi fenomena heat dome alias kubah panas yang bisa mengganggu jalannya pesta olah raga terakbar di dunia tersebut.
Kubah panas adalah fenomena di mana massa udara kering dan panas yang mengendap di suatu area untuk jangka waktu yang lama.
Hal tersebut menciptakan semacam cungkup atau kubah yang mempertahankan panas di permukaan wilayah itu.
Baca juga: Sekjen PBB: Dunia Semakin Panas dan Berbahaya bagi Semua
Menurut sejumlah ilmuwan, fenomena tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.
Para ilmuwan mengatakan krisis iklim yang disebabkan oleh bahan bakar fosil membuat suhu 2,5 hingga 3,3 derajat celsius lebih panas.
Peristiwa seperti itu tidak akan terjadi di dunia sebelum pemanasan global. Kini fenomena tersebut diperkirakan terjadi sekitar satu dekade sekali.
Emisi karbon dioksida yang memerangkap panas secara terus-menerus akan membuat peristiwa itu semakin sering terjadi.
Baca juga: China Bersiap Hadapi Musim Panas Ekstrem, Perubahan Iklim Jadi Biang Keladi
"Jika atmosfer tidak dipenuhi emisi dari pembakaran bahan bakar fosil, Paris akan menjadi sekitar 3 derajat celsius lebih dingin dan jauh lebih aman untuk olahraga," kata Friederike Otto, seorang ahli iklim di Imperial College London, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (31/7/2024).
Berbagai laporan menyebutkan, para atlet yang terjun ke Olimpiade Paris 2024 menderita karena kepanasan.
Pesenam Simone Biles dari AS menungkapkan dirinya merasa menderita karena cuaca panas. Seorang petenis juga merasakan cuaca panas sangat tinggi.
Tak hanya atlet, para fans yang menonton bola voli pantai di dekat Menara Eiffel disemprot dengan air karena tingginya suhu di sana.
Air mancur berkabut bahkan dipasang di tempat bermain skateboard dan sejumlah tempat lainnya.
Baca juga: BMKG: Perubahan Lanskap Salah Satu Penyebab Suhu Panas di Jakarta
Menurut asesmen yang dilakukan World Weather Attribution, fenomena kubah panas tersebut membentang di seluruh Eropa barat hingga Afrika utara.
Analisis tersebut menilai, kubah panas menyebabkan suhu melonjak melewati 40 derajat celsius di banyak tempat.
Di Portugal dan Yunani, kebakaran hutan menyebar. Italia dan Spanyol mengalami kekurangan air yang main parah.
Baca juga: Pertamina Geothermal dan PLN IP Dorong Kapasitas Panas Bumi Lewat PLTP
Di Maroko, suhu mencapai 48 derajat celsius, dengan satu rumah sakit melaporkan 21 kematian.
Panas akan menyebabkan lebih banyak orang meninggal sebelum waktunya, sebagaimana dilansir The Guardian.
Mariam Zachariah dari Imperial College London mengatakan, analisis tersebut membantu orang memahami bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman yang jauh.
"Tetapi ancaman langsung yang sudah membuat kehidupan di Bumi jauh lebih berbahaya," ucap Zachariah.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Suhu Bumi 12 Bulan Sangat Panas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya