Ada beberapa alasan mengapa sebagian besar kota menerima lebih banyak curah hujan dibandingkan wilayah lain.
Liang Yang, yang juga penulis dalam studi ini mengatakan satu faktor kunci adalah keberadaan gedung-gedung tinggi yang menghalangi atau memperlambat kecepatan angin. Hal ini menyebabkan konvergensi udara menuju pusat kota.
Baca juga: Sampah Organik Disulap Jadi Pupuk, Bantu Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca
"Bangunan-bangunan makin meningkatkan konvergensi dengan memperlambat angin yang menghasilkan gerakan udara ke atas yang lebih kuat," jelasnya.
Gerakan ke atas ini kemudian mendorong kondensasi uap air dan pembentukan awan yang merupakan kondisi kritis untuk menghasilkan curah hujan.
Peneliti mengungkapkan pula bahwa populasi memiliki korelasi terbesar dengan anomali curah hujan perkotaan dibandingkan dengan faktor lingkungan dan urbanisasi lainnya.
Hal ini karena populasi yang lebih besar biasanya menciptakan daerah perkotaan yang lebih padat, disertai dengan lebih banyak emisi gas rumah kaca yang membuat wilayah terasa hangat.
"Mengetahui faktor-faktor tersebut membantu kita mengembangkan cara-cara inovatif untuk bersiap menghadapi banjir bandang," tambah Yang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya