Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Bioenergi menjadi yang paling mahal dibandingkan energi terbarukan yang lainnya.

Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru dari lembaga think tank EMBER berjudul ASEAN's clean power pathways: 2024 yang dirilis baru-baru ini.

EMBER mencatat, biaya rata-rata produksi listrik bioenergi tercatat yang paling mahal dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya.

Baca juga: Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

Biaya bioenergi bisa empat kali lebih mahal dibandingkan pembangkitan dari energi hidro di beberapa negara.

Sebagai contoh, biaya pembangkit listrik berbasis biomassa di Indonesia, Malaysia, dan Thailand berkisar 59-98 dollar AS per megawatt jam (MWh),

Biaya tersebut lebih mahal dari biaya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Laos yang hanya 25 dollar AS per MWh.

Sebagai perbandingan lagi, biaya pembangkitan listrik dari tenaga surya antara 44 sampai 50 dollar AS per MWh di Vietnam dan Thailand.

Baca juga: Proyek Bioenergi Ancaman Baru Deforestasi Gorontalo

Sementara itu, biaya pembangkitan listrik dari tenaga angin antara 43 sampai 73 dollar AS per MWh di Filipina, Thailand, dan Vietnam.

EMBER menggarisbawahi, di Indonesia, biaya bioenergi bisa lebih mahal karena adanya pembakaran dan teknologi biomassa yang utamanya berasal dari limbah perkebunan, seperti residu minyak sawit.

Dengan rata-rata biaya konstruksi hingga 4.400 dollar AS per megawatt elektrik (MWe), biaya rata-rata listrik bioenergi bisa menyentuh 87 dollar AS MWh.

Hal tersebut menunjukkan tantangan finansial bioenergi dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya.

Baca juga: Pengembangan Bioenergi Ancam Deforestasi Lebih Luas

EMBER menyebutkan, bioenergi sering dianggap oleh pemerintah sebagai solusi paling menjanjikan bagi ketahanan energi dan pembangunan ekonomi.

Akan tetapi, ada berbagai tantangan yang merintanginya seperti musim, ketidakpastian, keterbatasan jumlah maksimum, dan pangan versus bahan bakar.

"Sehingga menjadikannya sumber energi yang mahal di ASEAN," tulis para penulis studi tersebut.

Laporan tersebut juga menyebutkan, biaya pembangkit listrik dari hidro, surya, dan geotermal jauh lebih murah dibandingkan bioenergi dan batu bara.

Baca juga: Panas Bumi dan Bioenergi Potensial Jadi Beban Listrik Utama

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Pemerintah
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Swasta
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
Swasta
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Pemerintah
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
LSM/Figur
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Swasta
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Menteri LH: Pemprov Kalsel Baru Kelola 48,5 Persen Sampah, Setengahnya Dibuang ke TPA Open Dumping
Pemerintah
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
Hadirkan Rompi Kembali Utuh, Kolaborasi Adrie Basuki dan CISC Dukung Perjuangan Pasien Kanker
LSM/Figur
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
Ahli IPB Usulkan Lutung Sentarum Jadi Satwa Dilindungi
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau