KOMPAS.com - Peneliti menemukan bahwa Generasi Z mengalami kekhawatiran terhadap perubahan iklim. Studi juga menyebut lebih dari sepertiga Gen Z khawatir harus pindah dari kota asal mereka karena perubahan iklim.
Karenanya, Gen Z meminta pertanggungjawaban para politisi untuk mengatasi problem tersebut.
Temuan tersebut berdasarkan jajak pendapat dari Gallup dan Walton Family Foundation AS, yang melihat cara Gen Z mengalami dan mengkhawatirkan masalah air dalam konteks perubahan iklim, serta pihak yang mereka yakini bertanggung jawab untuk mengatasinya.
Baca juga:
Sebagai informasi Gen Z lahir antara tahun 1997 hingga 2012.
"Hidup Gen Z pada dasarnya diwarnai dengan isu-isu besar seperti naiknya permukaan laut dan isu pemanasan laut selama beberapa tahun terakhir," ungkap Moira Mcdonald, Direktur Program untuk Program Lingkungan di Walton Family Foundation.
Mengutip ABC News, Selasa (22/10/2024) jajak pendapat menemukan sebanyak 73 persen Gen Z khawatir harus pindah karena perubahan iklim.
Mereka percaya bahwa hal itu akan terjadi karena isu air seperti polusi air, risiko banjir, kurangnya akses ke air minum bersih, serta risiko kekeringan.
Jajak pendapat juga menemukan bahwa 31 persen dari Gen Z khawatir generasi mereka tidak akan memiliki cukup air bersih di masa depan.
Lalu sebanyak 72 persen khawatir tentang polusi di perairan mereka dan 66 persen khawatir tentang kesehatan ikan dan lautan.
Baca juga:
Gen Z yang memasuki usia pemilih juga percaya bahwa politisi bertanggung jawab untuk mengatasi isu air yang terkait dengan perubahan iklim.
"Kaum muda menuntut tindakan nyata dari para politisi untuk menghentikan krisis iklim dan melindungi hak kita atas udara dan air bersih," papar Stevie O'Hanlon, direktur komunikasi organisasi advokasi iklim yang dipimpin kaum muda, Sunrise Movement.
Perubahan iklim mungkin akan semakin penting secara politis seiring dengan bertambahnya usia Gen Z dan generasi muda dalam populasi pemilih.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya