Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konferensi Karet Internasional 2024: Paradigma Baru untuk Industri Karet Alam Berkelanjutan

Kompas.com - 22/11/2024, 16:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pusat Penelitian Karet bersama International Rubber Research and Development Board (IRRDB) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) menggelar "International Rubber Conference (IRC) 2024"  di Yogyakarta, pada 19-21 November 2024.

Ada delapan pembicara kunci dalam konferensi ini mewakili Holding Perkebunan Nusantara PTPN III, Kantor Konsultan Investasi dari Singapura, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN)/Asosiasi Inventor Indonesia (AII), IRRDB Fellow dari Malaysia, Lembaga Riset RIKEN dari Jepang, BKPM, Asosiasi Negara-negara Produsen Karet Alam (ANRPC), dan Kelompok Studi Karet International (IRSG).

Tahun ini konferensi internasional karet mengangkat tema besar paradigma baru industri karet berkelanjutan: "Embracing Circular Thinking: New paradigm for Sustainable Natural Rubber Industry".

"Konferensi ini akan membahas berbagai isu karet alam, seperti industri karet berkelanjutan, produktivitas, perlindungan tanaman, teknologi pengolahan, pengelolaan lingkungan dan sosial ekonomi," ungkap ketua Ketua Panitia IRC 2024, Suroso Rahutom, Kamis (21/11/24).

Konferensi dihadiri sekitar 250 peserta dari negara-negara anggota dan non anggota IRRDB seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Sri Lanka, Cote d’Ivoire, Cina, India, Kamboja, Myanmar, Jepang, Perancis, dan lainnya.

Suroso Rahutom menyampaikan, karet alam telah menjadi akselerator ekonomi bagi pembangunan daerah pedesaan di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, yang menopang kehidupan sekitar 2,1 juta rumah tangga.

Karet alam juga terus memainkan peran penting sebagai komoditas strategis di sektor pertanian Indonesia, dengan kontribusi devisa sebesar USD 1,76 miliar pada tahun 2023.

"Karakteristik lain yang signifikan adalah sifat ramah lingkungan dari perkebunan karet, seperti kemampuan menyerap karbon dalam jumlah besar dan perannya dalam konservasi tanah serta air," ujar Suroso. 

"Kami yakin, peran penting karet alam ini juga diakui oleh negara-negara penghasil karet alam lainnya," tegasnya.

Namun, di sisi lain, industri karet alam global saat ini menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam keberlanjutannya di masa depan. Khususnya di Indonesia, kinerja industri karet alam belum optimal.

Baca juga: Indonesia Mampu Menghasilkan Karet Lebih Besar daripada Amerika Serikat

Hal ini terlihat dari penurunan volume produksi karet domestik sebesar 3,60 persen per tahun selama lima tahun terakhir, yang mengakibatkan penurunan pasokan bahan baku karet ke pabrik karet remah.

Kekurangan pasokan ini berdampak besar pada ekspor karet alam Indonesia, yang turun hingga 8,36 persen per tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 50 perusahaan karet remah menghentikan operasinya karena kekurangan bahan baku.

Tantangan penurunan kinerja

 

Suroso menyampaikan, ada beberapa faktor penyebab penurunan kinerja industri karet alam Indonesia, di antaranya:

  • Harga karet yang rendah selama lebih dari satu dekade, yang membuat banyak petani meninggalkan perkebunan karet, menghentikan penyadapan, menunda peremajaan tanaman, atau bahkan mengganti karet dengan komoditas lain.
  • Wabah penyakit Pestalotiopsis yang dimulai pada tahun 2018, mengurangi produktivitas hingga sekitar 40 persen.
  • Perubahan iklim, seperti musim yang terlalu kering atau basah, menjadi faktor pembatas produktivitas.
  • Kenaikan biaya tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan sumber daya produksi lainnya setiap tahun.
  • Industri hilir berbasis karet alam di dalam negeri yang belum berkembang, sehingga pemasaran karet alam Indonesia sangat bergantung pada ekspor.

Selain itu, industri karet alam juga menghadapi tantangan untuk meningkatkan produksi per unit lahan, merespons kenaikan biaya produksi, kekurangan tenaga kerja, perubahan iklim, percepatan masa belum menghasilkan, penerapan konsep ekonomi sirkular, serta kepatuhan terhadap regulasi internasional seperti Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR).

"Tantangan ini membutuhkan inovasi serta teknologi di berbagai bidang," ujarnya.

Perkebunan rakyat

Dari para pembicara kunci diperoleh kesimpulan, pasokan karet alam di Indonesia mayoritas adalah perkebunan rakyat yang menguasai 89 persen perkebunan karet, sedang swasta dan BUMN hanya 11 persen.

Namun, faktanya pembangunan perkebunan karet rakyat khususnya yang menyangkut peremajaan tanaman tua berlangsung sangat lambat dan peran pemerintah belum tampak jelas.

Di sisi lain, pasar karet alam dunia diperkirakan akan cenderung membaik harganya tetapi kondisi petani karet rakyat di negara-negara produsen karet masih belum mendapatkan manfaatnya.

Pengecualian kondisi ini hanya terjadi di Thailand sebagai produsen nomor satu karet alam dunia yang memiliki dukungan kuat dari pemerintah terhadap industrinya.

Karena itu Dato Abdul Aziz Kadir, Sekretaris Jenderal IRRDB, mengajak semua negara produsen karet alam bahu-membahu dalam mengatasi masalah yang dihadapi pekebun rakyat dengan melakukan riset yang menghasilkan teknologi untuk meningkatkan keekonomian karet alam.

Secara umum, ditekankan tentang masih ada peluang untuk kebangkitan karet alam, namun dibutuhkan upaya untuk mendorong kolaborasi, penerapan paradigma ekonomi sirkuler (nir-limbah), dan memanfaatkan peluang karet alam sebaga bahan baku BBN.

Peran pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan usaha karet alam juga ditekankan untuk ditingkatkan khususnya dalam memfasilitasi peremajaan kebun-kebun petani yang tanamannya sudah tua.

Secara khusus, wakil PT RPN yang kebetulan sebagai Ketua Umum AII dan Anggota Komite Ahli IRRDB menekankan pentingkan memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia untuk mengolah karet alam menjadi BBN dan menunjukkan besarnya peluang produk barang jadi karet alam di Indonesia.

Selanjutnya di dalam konferensi dua hari di Yogyakarta ini disajikan dan dibahas hasil-hasil riset mutakhir dari para periset dari beberapa negara peserta di bidang Pra-Panen, Pasca Panen, dan Sosial Ekonomi.

Baca juga: 10 Daerah Penghasil Karet Terbesar di Indonesia

Kegiatan konferensi dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke Unit Riset Bogor Getas di Getas, Salatiga, yaitu satu fasilitas riset khusus karet alam di bawah pengelolaan PT RPN, pada 21 November 2024.

Penyelenggaraan konferensi ini di Indonesia diharapkan sekaligus memberikan sinyal kepada pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto untuk lebih memperhatikan nasib para petani karet rakyat yang menunggu dukungan penuh pemerintah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kabaena: Ironi Transisi Energi di Pulau Kecil
Kabaena: Ironi Transisi Energi di Pulau Kecil
Pemerintah
Pusat Unggulan Dibentuk, Masyarakat Diajak Aktif Jaga Penyu dan Cetacea
Pusat Unggulan Dibentuk, Masyarakat Diajak Aktif Jaga Penyu dan Cetacea
LSM/Figur
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
Sederet Ancaman Penyu dan Cetacea, Aktivitas Manusia Sebab Utamanya
LSM/Figur
Google Bilang Target Iklim Makin Sulit Diraih, Emisi Naik Tajam
Google Bilang Target Iklim Makin Sulit Diraih, Emisi Naik Tajam
Swasta
Pertamina NRE Targetkan Produksi Baterai EV pada 2026
Pertamina NRE Targetkan Produksi Baterai EV pada 2026
BUMN
Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur
Kementerian ESDM Kebut Penyediaan Listrik Bersih di Indonesia Timur
Pemerintah
Pertamina Gandeng Arab Saudi untuk Kembangkan Teknologi Energi Bersih
Pertamina Gandeng Arab Saudi untuk Kembangkan Teknologi Energi Bersih
BUMN
4 Perusahaan Kena Denda hingga Rp 721 Miliar karena Rusak Lingkungan
4 Perusahaan Kena Denda hingga Rp 721 Miliar karena Rusak Lingkungan
Pemerintah
Ikan Mati Massal Lagi di Kali Surabaya, Tak Kunjung Usai Sejak 1975
Ikan Mati Massal Lagi di Kali Surabaya, Tak Kunjung Usai Sejak 1975
LSM/Figur
Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil
Janji Besar, Komitmen Industri Mode pada Keberlanjutan Masih Kecil
Swasta
'Genera-Z Berbakti', Inisiatif BCA Menggandeng Gen Z Jadi Agen Perubahan Lingkungan dan Sosial
"Genera-Z Berbakti", Inisiatif BCA Menggandeng Gen Z Jadi Agen Perubahan Lingkungan dan Sosial
Swasta
Pertanian Hijau Terbukti Tingkatkan Biodiversitas dan Panen, Tapi Butuh Subsidi
Pertanian Hijau Terbukti Tingkatkan Biodiversitas dan Panen, Tapi Butuh Subsidi
LSM/Figur
2 Orang Ditangkap karena Bawa Ratusan Burung, Termasuk 112 Ekor yang Dilindungi
2 Orang Ditangkap karena Bawa Ratusan Burung, Termasuk 112 Ekor yang Dilindungi
Pemerintah
Sampoerna Dorong Inovasi Inklusif Tembakau Bebas Asap, Libatkan UMKM hingga Hotel
Sampoerna Dorong Inovasi Inklusif Tembakau Bebas Asap, Libatkan UMKM hingga Hotel
Swasta
Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Ahli Ungkap Potensi Bakteri Jadi Pengganti Pupuk dan Pestisida
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau