KOMPAS.com - Pertemuan delegasi antarnegara dalam Intergovernmental Negotiating Committee (INC) ke-5, gagal mencapai kesepakatan perjanjian global untuk mengatasi polusi plastik.
INC digelar di Busan, Korea Selatan dengan melibatkan lebih dari 170 negara. Terkait hal itu, ketua delegasi Panama Juan Carlos Monterrey Gomez pun mengecam penundaan negosiasi.
"Penundaan sama dengan melawan kemanusiaan. Menunda negosiasi tidak menunda krisis,” ujar Gomez dikutip dari Al Jazeera, Senin (2/12/2024).
Baca juga: Organisasi Masyarakat Sipil Dorong RI Dukung Perjanjian Plastik Global
Sementara itu, Ketua INC Vayas menggarisbawahi bahwa mandat Komite INC selalu ambisius. Namun, pihaknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyepakati perjanjian. Karenanya, pertemuan INC rencananya bakal digelar kembali pada 2025.
"Saya meminta semua delegasi untuk terus menciptakan cara, membangun jembatan, dan terlibat dalam dialog. Mari selalu ingat bahwa tujuan kita mulia dan mendesak, untuk membalikkan dan memperbaiki efek parah dari polusi plastik pada ekosistem dan kesehatan manusia,” kata Vayas.
Polusi plastik telah lama menjadi permasalahan global. PBB mencatat, setiap harinya plastik yang setara 2.000 truk sampah dibuang ke lautan, sungai, dan danau. Ini dinilai berisiko terhadap kesehatan manusia dan hewan.
“Mikroplastik telah ditemukan dalam makanan, air, tanah dan bahkan dalam organ manusia dan plasenta bayi yang baru lahir,” ungkap PBB.
Baca juga: Perjanjian Plastik Global Jadi Momentum RI Pimpin Ekonomi Hijau
Perjanjian tersebut diamanatkan oleh resolusi Majelis Lingkungan PBB pada 2022. Tujuannya untuk membahas siklus hidup penuh plastik termasuk produksi, desain, maupun pembuangannya melalui instrumen internasional yang mengikat secara hukum.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya