Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemain Bola Berisiko Alami “Heat Stress Ekstrem” Selama Piala Dunia 2026

Kompas.com, 1 Desember 2024, 19:23 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Pemain sepak bola akan menghadapi risiko tinggi terkena heat stress ekstrem saat perhelatan Piala Dunia 2026 yang diselenggarakan di AS, Kanada, dan Meksiko.

Peneliti pun memperingatkan agar otoritas olahraga memikirkan kembali waktu penyelenggaraan acara olah raga tersebut.

Heat stress adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengatur suhu internalnya dengan baik, yang dapat disebabkan oleh suhu panas ekstrem atau aktivitas fisik yang berat.

Baca juga:

Menurut peneliti, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (30/11/2024) cuaca panas serta aktivitas fisik yang berat akan membuat pemain sepak bola menanggung suhu yang terasa lebih tinggi dari 49,5 derajat Celsius di tiga negara Amerika Utara yang merupakan tuan rumah Piala Dunia 2026.

Studi juga menemukan pesepak bola paling berisiko mengalami tekanan termal tersebut di stadion-stadion di Arlington dan Houston, di AS, dan di Monterrey, di Meksiko.

Cuaca Panas

Salah satu penulis studi Marek Konefal dari Universitas Kesehatan dan Ilmu Olahraga Wroclaw di Polandia mengatakan Piala Dunia akan semakin sering berlangsung dalam kondisi tekanan panas ekstrem karena iklim yang semakin panas.

Seperti yang kita ketahui iklim dunia terus memanas dan lebih umum terjadi karena polusi bahan bakar fosil telah menghangatkan Bumi.

Sehingga hal ini menurutnya membuat kalender acara olahraga perlu dipikirkan ulang.

Federasi Sepak Bola Internasional FIFA sendiri merekomendasikan pertandingan mencakup jeda pendinginan jika suhu melebihi 32 derajat Celsius.

Namun para ilmuwan khawatir metrik tersebut meremehkan heat stress yang dialami atlet karena hanya memperhitungkan panas dan kelembapan eksternal saja.

“Selama aktivitas fisik yang intens, sejumlah besar panas dihasilkan oleh kerja otot pemain,” kata Katarzyna Lindner-Cendrowska, seorang ilmuwan iklim di Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia dan penulis utama penelitian tersebut.

“Hal ini akan meningkatkan beban panas secara keseluruhan pada tubuh atlet,” katanya lagi.

Baca juga:

Peneliti menemukan heat stress terbesar akan terjadi antara pukul 2 siang hingga 5 sore yang akan memberikan beban berat pada tubuh dan menyebabkan kelelahan akibat panas.

Lebih lanjut studi baru ini dapat membantu penyelenggara turnamen mengoptimalkan penjadwalan pertandingan.

Namun peneliti menambahkan bahwa FIFA perlu mengambil tindakan terhadap kebijakan mereka saat ini dengan memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pesepak bola seperti memperpanjang jeda waktu istirahat dan menunda pertandingan.

Selain itu juga penting untuk memperhatikan para penonton yang berada selama perhelatan. Meski mereka tidak seaktif pemain secara fisik, banyak di antaranya merupakan orang dewasa, anak-anak kecil, atau individu yang rentan terhadap panas.

Peneliti juga merekomendasikan pengurangan polusi bahan bakar fosil dan mulai beradaptasi dengan planet yang lebih panas.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
AI Jadi Ancaman Jutaan Pekerjaan di Asia, Ini Peringatan PBB
Pemerintah
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Asia Pasifik Diprediksi Makin Panas, Ancaman untuk Kesehatan dan Infrastruktur
Pemerintah
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
Mikroplastik Cemari Pakan Ternak, Bisa Masuk ke Produk Susu dan Daging
LSM/Figur
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
Krisis Iklim Perparah Bencana di Asia Tenggara, Ketergantungan Energi Fosil Harus Dihentikan
LSM/Figur
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Ada Perusahaan Sawit Diduga Beroperasi di Area Hutan dan Tak Lolos Verifikasi, Sertifikasi Dipertanyakan
Swasta
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
Emisi Kebakaran Hutan Global Jauh Lebih Tinggi dari Prediksi
LSM/Figur
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
Indonesia Berpotensi Manfaatkan Panas Bumi Generasi Terbaru, Bisa Penuhi 90 Persen Kebutuhan Industri
LSM/Figur
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Banjir Ancam Kota Pesisir di Dunia, Risikonya Terus Meningkat
Pemerintah
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Lubang Ozon di Antartika Menyusut, Tanda Bumi Mulai Pulih?
Pemerintah
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
Tanah, Tangan, dan Tutur: Model Komunikasi Budaya Lokal Melawan Komodifikasi
LSM/Figur
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Penelitian Ungkap Kaitan Terumbu Karang dan Kenaikan Suhu Bumi
Swasta
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Ekoteologi Didorong jadi Gerakan Pendidikan Nasional
Pemerintah
Lebih dari 70 Jenis Hiu Kini Dilindungi dan Diperketat Perdagangannya
Lebih dari 70 Jenis Hiu Kini Dilindungi dan Diperketat Perdagangannya
Pemerintah
Cuaca Ekstrem di Sumatera Dipicu Anomali Siklon Tropis, Ini Penjelasan Pakar
Cuaca Ekstrem di Sumatera Dipicu Anomali Siklon Tropis, Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
6 Cara Sederhana Mengurangi Food Waste di Rumah
6 Cara Sederhana Mengurangi Food Waste di Rumah
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau