KOMPAS.com - Pemain sepak bola akan menghadapi risiko tinggi terkena heat stress ekstrem saat perhelatan Piala Dunia 2026 yang diselenggarakan di AS, Kanada, dan Meksiko.
Peneliti pun memperingatkan agar otoritas olahraga memikirkan kembali waktu penyelenggaraan acara olah raga tersebut.
Heat stress adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengatur suhu internalnya dengan baik, yang dapat disebabkan oleh suhu panas ekstrem atau aktivitas fisik yang berat.
Baca juga:
Menurut peneliti, seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (30/11/2024) cuaca panas serta aktivitas fisik yang berat akan membuat pemain sepak bola menanggung suhu yang terasa lebih tinggi dari 49,5 derajat Celsius di tiga negara Amerika Utara yang merupakan tuan rumah Piala Dunia 2026.
Studi juga menemukan pesepak bola paling berisiko mengalami tekanan termal tersebut di stadion-stadion di Arlington dan Houston, di AS, dan di Monterrey, di Meksiko.
Salah satu penulis studi Marek Konefal dari Universitas Kesehatan dan Ilmu Olahraga Wroclaw di Polandia mengatakan Piala Dunia akan semakin sering berlangsung dalam kondisi tekanan panas ekstrem karena iklim yang semakin panas.
Seperti yang kita ketahui iklim dunia terus memanas dan lebih umum terjadi karena polusi bahan bakar fosil telah menghangatkan Bumi.
Sehingga hal ini menurutnya membuat kalender acara olahraga perlu dipikirkan ulang.
Federasi Sepak Bola Internasional FIFA sendiri merekomendasikan pertandingan mencakup jeda pendinginan jika suhu melebihi 32 derajat Celsius.
Namun para ilmuwan khawatir metrik tersebut meremehkan heat stress yang dialami atlet karena hanya memperhitungkan panas dan kelembapan eksternal saja.
“Selama aktivitas fisik yang intens, sejumlah besar panas dihasilkan oleh kerja otot pemain,” kata Katarzyna Lindner-Cendrowska, seorang ilmuwan iklim di Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia dan penulis utama penelitian tersebut.
“Hal ini akan meningkatkan beban panas secara keseluruhan pada tubuh atlet,” katanya lagi.
Baca juga:
Peneliti menemukan heat stress terbesar akan terjadi antara pukul 2 siang hingga 5 sore yang akan memberikan beban berat pada tubuh dan menyebabkan kelelahan akibat panas.
Lebih lanjut studi baru ini dapat membantu penyelenggara turnamen mengoptimalkan penjadwalan pertandingan.
Namun peneliti menambahkan bahwa FIFA perlu mengambil tindakan terhadap kebijakan mereka saat ini dengan memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pesepak bola seperti memperpanjang jeda waktu istirahat dan menunda pertandingan.
Selain itu juga penting untuk memperhatikan para penonton yang berada selama perhelatan. Meski mereka tidak seaktif pemain secara fisik, banyak di antaranya merupakan orang dewasa, anak-anak kecil, atau individu yang rentan terhadap panas.
Peneliti juga merekomendasikan pengurangan polusi bahan bakar fosil dan mulai beradaptasi dengan planet yang lebih panas.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya