KOMPAS.com - China terkenal dengan Great Wall atau tembok besar yang membentang sepanjang 21.196 km untuk melindungi China dari serangan bangsa Mongolia.
Namun kini, China kembali berambisi membangun 'tembok raksasa' lainnya. Kali ini, bukan untuk melindungi dari serangan musuh, tembok raksasa itu akan difungsikan untuk memasok negara tersebut dengan energi surya yang melimpah.
Dikutip dari Popular Mechanics, Kamis (28/11/2024) tembok besar energi itu sedang dibangun di Gurun Kubuqi di sepanjang tepi selatan Sungai Kuning di China utara.
Tembok raksasa tenaga surya nantinya membentang sepanjang 133 kilometer dan lebar 25 kilometer.
China berharap tembok tersebut akan menyediakan 180 miliar kilowatt jam (kWh) per tahun pada tahun 2030.
Baca juga:
Menurut Ordos Energy, perusahaan di balik proyek tersebut, jumlah tersebut lebih dari cukup untuk menyediakan semua kebutuhan energi kota Beijing, yang menghabiskan sekitar 135,8 miliar kWh energi per tahun.
Semua proyek tersebut merupakan investasi perusahaan milik negara yang beberapa di antaranya dikelola secara terpusat.
Hal tersebut membuat pemerintah daerah tidak perlu melakukan investasi apa pun. Secara total, sekitar 50.000 peluang kerja akan tercipta pada tahun 2030.
Selain menghasilkan energi dan lapangan pekerjaan, proyek ini juga memberikan dampak positif terhadap konservasi.
Sungai Kuning, yang dikenal sebagai "sungai muara" China sedang mengalami proses penggurunan. Dan instalasi tembok raksasa ini dapat merawat 27 juta hektar wilayah tersebut dengan menyediakan naungan dan mengurangi penguapan.
Panel itu sendiri juga menyediakan penahan angin, yang dapat melindungi lingkungan sekitar dari erosi tanah lebih lanjut.
Wilayah yang teduh juga menyediakan banyak peluang untuk menanam tanaman komersial.
Proyek ini berencana menanam sekitar 2.400 hektar tanaman dalam upaya untuk merawat wilayah yang terkena penggurunan di sekitar Tembok Besar Tenaga Surya.
Baca juga:
Pemerintah setempat sendiri berkomitmen untuk membentuk hubungan simbiosis antara kemajuan ekonomi dan pelestarian ekologi.
Lebih lanjut, instalasi energi hijau besar-besaran, baik tenaga surya, angin, atau campuran keduanya akan semakin umum seiring dengan upaya dunia untuk melakukan dekarbonisasi.
Tren ini juga sedang berlangsung di AS dengan Badan Informasi Energi memperkirakan peningkatan sebesar 75 persen dari 163 miliar kWh pada tahun 2023 menjadi 286 miliar kWh pada tahun 2025.
Namun, pemasangan panel surya juga disertai dengan berbagai bahaya lingkungan, termasuk habitat yang terganggu dan peningkatan serangan burung karena unggas air mengira panel surya sebagai air.
Para ilmuwan dan teknisi di AS sedang berupaya menemukan cara untuk
menciptakan koridor satwa liar yang vital dan mengadvokasi pemasangan panel surya untuk dibangun di lokasi yang telah terganggu oleh manusia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya