Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelibatan Murid Susun Menu Makan Bergizi Gratis Bisa Kurangi Sampah Signifikan

Kompas.com - 08/01/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pelibatan murid dan orangtua siswa dalam penyusunan menu program makanan bergizi gratis dapat mengurangi potensi timbulan sampah secara signifikan.

Sebagaimana diberitakan, program makan bergizi gratis untuk siswa sekolah dasar dan menengah mulai diterapkan pada Senin (6/1/2025).

Di samping memberikan manfaat bagi siswa, makan bergizi gratis berpotensi meningkatkan timbulan sampah dari pelaksanannya.

Baca juga: Celios: Mayoritas Dukung Pelibatan UMKM untuk Makan Bergizi Gratis

Direktur Program Gita Pertiwi Titik Eka Sasanti, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, mengatakan, berdasarkan penghitungan lampau, timbulan sampah organik dari makanan bisa mencapai 30 persen.

Angka tersebut bisa lebih tinggi apabila makanan yang disajikan tidak dihabiskan dengan berbagai alasan, salah satunya tidak sesuai dengan keinginan dan selera.

"Kalau (menu) disusun pihak luar tanpa mempertimbangkan selera anak, maka potensi sampah bisa lebih banyak," kata Titik saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2025).

Apabila menu makanan disusun dengan melibatkan murid dan orangtua, maka siswa akan semangat melahap makanan yang disajikan karena sesuai selera.

Baca juga: Aruna dan KKP Dukung Program Makan Bergizi Gratis lewat Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan

"Pengalaman kami, potensi timbulan sampah bisa berkurang banyak karena menu yang disajikan sesuai selera murid," jelas Titik.

Di samping itu, pengelolaan sampah organik yang timbul seyogyanya dilakukan di tempat atau sekolah.

Pengelolaan sampah organik dari makan bergizi gratis juga bisa melibatkan bank sampah terdekat.

Bank sampah terdekat dapat mengelola sampah organik menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pupuk, maggot, atau pakan hewan ternak.

 

Selain timbulan sampah organik, program makan bergizi gratis berpotensi menghasilkan sampah anorganik dari wadahnya.

Oleh karena itu, Titik mengapresiasi bila wadah yang dipakai dalam program tersebut berasal dari wadah guna ulang.

Sebab, penggunaan wadah guna ulang dapat memangkas timbulan sampah anorganik yang berpotensi mencemari lingkungan.

Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan, pemerintah mengoptimalkan kearifan lokal guna mengatasi limbah dari program makan bergizi gratis.

Baca juga: Pemerintah Akan Beri Literasi Digital ke Pemasok Makan Bergizi Gratis

"Jadi memang dengan melakukan ini juga ada wisdom (kearifan) lokal kan untuk mengatasi sampah, untuk mengolah sampah, untuk meminimalisasi adanya limbah," kata Hasan dikutip dari Antara, Senin (6/1/2025).

Ia menyebutkan, optimalisasi kearifan lokal membuat program juga bisa disesuaikan dengan situasi sumber bahan pangan yang ada di sekitar lokasi pemberian makan bergizi gratis.

Hasan mencontohkan salah satu praktik penggunaan kearifan lokal sudah diadopsi dalam program di Kota Cimahi, Jawa Barat.

Di Cimahi, Ppemberian susu akan lebih sering mengingat di dekat lokasi program berlangsung ada pabrik susu dan peternakan sapi perah, sehingga suplai susu akan lebih mudah didapatkan.

Di samping itu, di Cimahi itu juga memperhatikan pengelolaan limbah dengan menggunakan botol kaca untuk susu, sehingga tidak ada lagi limbah tambahan setelah para penerima menyantap makanannya.

Baca juga: Ini Saran Walhi Antisipasi Timbulan Sampah dari Makan Bergizi Gratis

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau