Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com -  Realisasi investasi untuk subsektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) mencapai 1,49 miliar dollar AS atau sekitar Rp 24,03 triliun.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi dalam Malam Apresiasi Kinerja Stakeholder EBTKE Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Eniya mengatakan, capaian tersebut tidak terlepas dari kontribusi debottlenecking regulasi di bidang tingkat komponen dalam negeri (TKDN).

Baca juga: Panas Bumi Jadi Andalan Bauran EBT Akhir Tahun Ini

Adapun yang dimaksud dengan debottlenecking adalah menyelesaikan titik kemacetan dalam sistem produksi yang menghalangi sistem tersebut untuk berfungsi secara optimal.

Eniya menyampaikan, penyesuaian regulasi terkait TKDN menjadi enabler atau kondisi yang memungkinkan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berjalan.

"Permen (Peraturan Menteri ESDM) Nomor 11 Tahun 2024, ini mendobrak proyek PLTP dan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) dalam beberapa minggu ini," kata Eniya, sebagaimana dilansir Antara.

Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan Permen ESDM Nomor 11 tahun 2024 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Peraturan tersebut berlaku efektif mulai tanggal 31 Juli 2024.

Baca juga: Ekonom: Investor Bakal Buru Saham Perdana Perusahaan EBT

Arifin Tasrif yang saat itu menjabat sebagai Menteri ESDM mengungkapkan, berlakunya regulasi baru tersebut diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan proyek infrastruktur kelistrikan berbasis EBT, terutama persoalan pendanaan dari luar negeri.

Di sisi lain, banas bumi bakal menjadi andalan utama bauran EBT nasional tahun ini. Eniya mengatakan, porsi EBT dalam bauran energi nasional sampai saat ini mencapai 13,9 persen.

Beberapa proyek pembangkit listrik panas bumi (PLTP) dijadwalkan mencapai Tanggal Operasi Komersial atau Commercial Operation Date (COD) dan Sertifikat Laik Operasi (SLO) dalam waktu dekat.

Baca juga: PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Proyek panas bumi yang diharapkan dapat beroperasi pada akhir tahun ini antara lain PLTP Sorik Merapi 41 megawatt (MW) yang telah memperoleh SLO pada 15 Desember.

Selain itu ada PLTP Salak Binari 15 MW dan PLTP Ijen 45 MW.

"Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan," ujar Eniya, dikutip dari situs web Kementerian ESDM.

Dengan tambahan kapasitas sejumlah PLTP, bauran EBT ditarget bisa mencapai 14,1 persen pada akhir tahun 2024.

Baca juga: Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun Smart Grid dan Jaringan Transmisi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau