KOMPAS.com - Kebakaran hutan telah menyebabkan kekacauan di Los Angeles, California, AS. Pasalnya api turut merembet ke pemukiman dan kawasan bisnis yang akhirnya membuat ribuan bangunan hancur dan ratusan ribu orang mengungsi.
Kebakaran hutan yang dimulai Selasa (7/1/2025) ini disebut disebabkan oleh angin kencang yang berembus dengan kecepatan 112 km/jam. Tapi benarkah hanya itu faktor yang berperan?
Danielle Mulder, Direktur Keberlanjutan BBC Group mengatakan emisi yang disebabkan manusia mengubah kondisi latar belakang dan meningkatkan jumlah kebakaran.
"Pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk menilai atribusi terhadap perubahan iklim. Tetapi kemungkinan ada hubungan antara kebakaran dengan menghangatnya Bumi," katanya seperti dikutip dari Sustainability Magazine, Sabtu (11/1/2025).
Baca juga:
Kebakaran hutan merupakan proses alami penting yang telah membentuk bentang alam dunia selama jutaan tahun.
Namun saat ini, kebakaran hutan makin sering terjadi karena adanya pengaruh perubahan iklim.
Melansir Nature Conservancy, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim menciptakan kondisi yang lebih hangat dan kering yang menyebabkan musim kebakaran di beberapa wilayah seperti Amerika Utara bagian barat berlangsung lebih lama dan lebih aktif.
Satu penelitian dari National Oceanic and Atmospheric Administration dan University of California di Los Angeles mengamati vapor pressure deficit (VPD ) di seluruh AS bagian barat antara tahun 1979 dan 2020.
VPD merupakan kelembaban relatif tetapi dihitung dengan suhu. Itu adalah perbedaan antara jumlah uap air di udara dan jumlah uap air yang dapat ditampung udara jika jenuh.
Seiring meningkatnya VPD suatu wilayah, demikian pula risiko kebakaran hutan.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa sebagian besar peningkatan VPD disebabkan oleh manusia.
“Studi ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat bagian barat telah melewati ambang batas kritis sejak sekitar tahun 2000, dan perubahan iklim yang disebabkan manusia kini menjadi kontributor utama terhadap peningkatan risiko kebakaran hutan,” tulis NOAA.
Lebih lanjut, keadaan akan bertambah buruk jika kita tidak memperlambat perubahan iklim.
Proyeksi menunjukkan bahwa di beberapa jenis hutan di AS bagian barat, peningkatan suhu tahunan rata-rata hanya 1 derajat C akan meningkatkan rata-rata area terbakar per tahun sebanyak 600 persen.
Baca juga:
Tak hanya benua Amerika saja, perubahan iklim turut memperpanjang musim kebakaran di seluruh dunia.
Suhu global diketahui telah meningkat lebih dari 1 derajat C sejak 1880, mengeringkan vegetasi dan membuatnya lebih mudah terbakar.
Hilangnya tutupan pohon akibat kebakaran di wilayah boreal telah meningkat sekitar 138.000 hektar per tahun selama lebih dari 20 tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri telah memperkirakan jumlah kebakaran hutan di seluruh dunia akan meningkat hingga 50 persen pada tahun 2100.
“Kita harus meminimalkan risiko kebakaran hutan ekstrem dengan menjadi lebih siap, berinvestasi lebih banyak dalam pengurangan risiko kebakaran, bekerja sama dengan masyarakat lokal, dan memperkuat komitmen global untuk memerangi perubahan iklim”, kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya