Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IEA: Permintaan Batu Bara Global Bakal Tetap Stabil Hingga 2027

Kompas.com, 16 Januari 2025, 13:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) mencatat permintaan batu bara global pada tahun 2024 mencapai 8,77 miliar ton.

Permintaan tersebut diperkirakan masih akan terus stabil hingga tahun 2027.

Temuan itu termuat dalam laporan Coal 2024 yang dirilis IEA Desember 2024.

Laporan menunjukkan bahwa penggunaan batu bara global kembali naik setelah turun signifikan pada masa pandemi.

Laporan juga menyebut bahwa peningkatan produksi, konsumsi, perdagangan, dan penggunaan batu bara global dalam beberapa tahun ini terutama disebabkan oleh tingginya harga gas setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Pemensiunan PLTU Batu Bara Sejak 2024 Bisa Cegah 182.000 Kematian akibat Polusi

Lebih khusus lagi, kenaikan permintaan batu bara pada 2024 disebabkan oleh peningkatan penggunaan listrik di sejumlah negara, termasuk China.

Lonjakan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk elektrifikasi transportasi dan pemanasan, meningkatnya permintaan untuk pendinginan, dan meningkatnya konsumsi dari sektor-sektor yang sedang berkembang seperti pusat data.

Sektor kelistrikan di China sangat penting bagi pasar batu bara global. Laporan mengungkap, satu dari tiga ton batu bara yang dikonsumsi di seluruh dunia digunakan oleh pembangkit listrik di negara tersebut.

Namun, laporan juga menyoroti bahwa sektor nuklir China yang maju dan perluasan kapasitas energi terbarukan akan membantu membatasi peningkatan konsumsi batu bara hingga tahun 2027.

Sementara itu, meski permintaan batu bara telah mencapai puncaknya di sebagian besar negara maju dan akan terus menurun, laju penurunan akan bergantung pada kebijakan yang kuat dan ketersediaan sumber daya seperti gas alam.

Baca juga: Limbah Batu Bara Berpotensi Jadi Sumber Energi Bersih

Mengutip Power Engineering International, Kamis (16/1/2025), di beberapa negara berkembang, seperti India dan Indonesia, permintaan batu bara masih meningkat karena peningkatan populasi dan aktivitas ekonomi.

Pertumbuhan terutama didorong oleh permintaan batu bara dari sektor listrik, meskipun penggunaan industri juga meningkat.

Laporan menekankan beberapa keterbatasan dalam analisisnya.

Beberapa keterbatasan adalah variable pengukur seberapa cepat penggunaan batu bara akan menurun di negara maju, kapan penggunaan batu bara akan mencapai puncaknya di China, dan kapan batu bara akan digantikan di sektor industri.

"Penerapan cepat teknologi energi bersih membentuk kembali sektor kelistrikan global yang menyumbang dua pertiga penggunaan batu bara dunia," kata direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA, Keisuke Sadamori.

"Model pun kemudian menunjukkan permintaan global untuk batu bara akan mencapai titik jenuh hingga tahun 2027 meski konsumsi listrik meningkat tajam," ungkap Sadamori lagi.

Namun pola cuaca dan variabilitas terkait cuaca dalam pembangkit energi terbarukan dapat mendorong fluktuasi konsumsi batu bara dalam jangka pendek.

"Faktor cuaca, khususnya China sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, akan berdampak besar pada tren jangka pendek untuk permintaan batu bara," tambah Sadamori.

Baca juga: Transisi Energi Berkeadilan di Daerah Penghasil Batubara Harus Didorong

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau