Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Batu Bara Berpotensi Jadi Sumber Energi Bersih

Kompas.com - 09/12/2024, 13:59 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para peneliti di University of Texas mengungkapkan, limbah batu bara berpotensi menyimpan unsur logam tanah jarang yang dapat digunakan sebagai sumber energi bersih.

Adapun logam tanah jarang memiliki unsur skandium, neodimium, dan itrium yang terdapat pada inti Bumi. Unsur-unsur ini diperlukan untuk teknologi energi bersih, antara lain panel surya, baterai, magnet, hingga turbin angin.

Berdasarkan penelitian pada abu batu bara dari pembangkit listrik di Amerika Serikat, ditemukan 11 juta ton unsur tanah jarang.

Baca juga:

"(Temuan) ini menawarkan potensi sumber unsur tanah jarang domestik yang sangat besar tanpa perlu penambangan baru," ungkap peneliti Jackson School of Geosciences Bridget Scanlon dalam keterangannya, Senin (9/12/2024).

"Pada dasarnya, kami mencoba menutup siklus, dan menggunakan limbah serta memulihkan sumber daya dalam limbah," imbuh dia.

Para peneliti menemukan bahwa sekitar 70 persen abu batu bara yang diproduksi dari 1985-2021 kemungkinan dapat didaur ulang. Setidaknya, ada 1.873 juta ton limbah batu bara yang tersimpan di tempat pembuangan akhir atau kolam.

"Abu batu bara mengandung unsur tanah jarang dalam kadar yang berbeda-beda, tergantung dari tempat asalnya. Tempat asal juga memengaruhi seberapa banyak unsur tanah jarang yang dapat diekstraksi," kata para peneliti.

Abu dari batu bara Appalachian Basin, misalnya, mengandung unsur tanah jarang dalam jumlah tertinggi dengan nilai rata-rata 431 miligram per kilogram. Namun, mereka mencatat hanya 30 persen yang dapat diekstraksi.

Sebaliknya, batu bara dari Powder River Basin memiliki nilai rata-rata unsur tanah jarang terendah, yaitu 264 miligram per kilogram tetapi dapat diekstraksi hingga 70 persen.

Scanlon menilai, data awal dalam studi dapat membantu membangun pasar yang lebih luas untuk abu batu bara sebagai sumber daya. Kendati demikian, percobaan ekstraksi unsur tanah jarang masih terbatas.

"Analisis tingkat pengintaian yang luas seperti ini belum pernah dilakukan. Analisis ini memberikan dasar bagi yang lain untuk melakukan analisis lebih rinci," tutur Scanlon.

Baca juga:

Sementara itu, kepala strategi di Element USA Chris Young menyampaikan, penelitian itu menggarisbawahi potensi besar abu batu bara sebagai sumber daya.

Menurut dia, tantangan industri saat ini adalah mengembangkan tenaga kerja dan operasi untuk mengekstrak elemen tanah jarang maupun material lain dari abu batu bara.

"Ide untuk mengeluarkan unsur tanah jarang dari tailing (hasil sampingan pertambangan) sangat masuk akal. Ini adalah pendekatan yang masuk akal. Tantangannya adalah mengubah pendekatan yang masuk akal itu menjadi pendekatan ekonomi," jelas Young.

Karena itu, Element USA hendak memindahkan laboratorium analitis dan peralatan percontohan ke University of Texas. Dengan begitu, mahasiswa serta ahli dapat meneliti potensi abu batu bara lebih dalam.

“Kami senang bisa membangun hubungan dengan University of Texas terkait pemrosesan mineral dan pemisahan mineral,” ujar Young.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau