Turut mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting, berbagai pihak ikut berpartisipasi aktif, termasuk sektor swasta. Salah satunya, MHU yang merupakan bagian dari MMS Group Indonesia (MMSGI).
MHU berkomitmen menjadi "bapak asuh" untuk 100 anak stunting di desa-desa lingkar tambang, meliputi Desa Jembayan, Loa Kulu Kota, Loh Sumber, dan Jembayan Tengah. Program inilah yang mengikutsertakan Firza sebagai penerima manfaat.
Baca juga: Lalu Lalang Kukang di Arboretum Busang, Bukti Keberhasilan Restorasi Alam
Komitmen dari MHU itu merupakan respons dari perusahaan untuk membantu upaya percepatan penurunan stunting sesuai Perpres Nomor 72 Tahun 2021.
Dalam implementasinya, MHU menerapkan pendekatan komprehensif. Secara berkala, MHU dan mitranya berkeliling desa untuk mengukur tumbuh kembang anak yang mencakup berat badan, lingkar lengan, dan lingkar kepala.
Selain itu, perusahaan juga memberikan makanan tambahan bagi bayi dalam bentuk susu formula. Ibu hamil pun turut menjadi sasaran dalam program ini lantaran stunting dapat terjadi sejak masa kehamilan. Anak-anak penderita stunting juga mendapatkan bantuan nutrisi berupa telur lewat program Semesta Mencegah Stunting #CukupDuaTelur.
Hasil dari program itu pun semakin terlihat, angka stunting di kawasan itu semakin menurun seiring penambahan berat badan dari anak penerima manfaat.
Baca juga: Komitmen Dorong Kemandirian Ekonomi, PPM MHU Sabet Tamasya Award 2024
"Alhamdulillah, yang kami lihat, hampir keseluruhan mengalami peningkatan. Berdasarkan data, anak-anak mengalami perubahan tinggi dan berat badan, artinya program ini tersalurkan dengan tepat," ujar Ketua PKK Graha Indah Dhevy.
Perlu diketahui, bantuan program "bapak asuh" yang dijalankan MHU tidak hanya diberikan secara simbolis, tetapi juga berkelanjutan dan terukur. Keberhasilan program ini terlihat dari beberapa indikator, salah satunya dari pertumbuhan berat badan Firza, putra Nisaul.
Kini, berkat dukungan nutrisi yang tepat dan pemantauan berkala, bocah tersebut menunjukkan perkembangan positif.
Selain bantuan nutrisi, MHU juga memahami bahwa akses air bersih menjadi salah satu syarat penting dalam upaya penanganan stunting. Sejak 15 tahun silam, MHU telah menginisiasi program penyediaan air bersih melalui kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Melalui program ini, MHU membangun fasilitas water treatment plant (WTP) untuk mengolah air tanah menjadi air bersih yang kemudian didistribusikan ke rumah-rumah warga melalui jaringan pipa. Program ini telah dinikmati ribuan kepala keluarga di berbagai desa lingkar tambang yang sebelumnya hanya mengandalkan air hujan atau air sungai.
Baca juga: Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga
Semua upaya itu merupakan bagian komitmen MHU dalam menerapkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang diimplementasikan melalui tagline "Syncnergy for the Future”.
Stunting tidak sekadar masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga merupakan isu pembangunan yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Secara nasional, melalui program-program yang terintegrasi seperti ini, Indonesia berpeluang mencapai target penurunan stunting yang telah direvisi menjadi 18 persen pada 2025.
Pencapaian itu tentu membutuhkan kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak. Melalui upaya bersama, dengan memperkuat peran pemerintah, partisipasi masyarakat, dan keterlibatan sektor swasta seperti MHU, diharapkan Indonesia dapat melangkah maju menuju masyarakat yang sehat dan berkualitas.
Apalagi, melalui Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kalimantan Timur masuk ke dalam 17 provinsi fokus intervensi pencegahan stunting terintegrasi 2025.
Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor Keputusan 61/M.Ppn/Hk/08/2024 tentang Penetapan Lokasi Fokus Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi Tahun 2025.
Perlu diketahui, upaya penanganan stunting sebaiknya dilakukan sejak dini melalui pendekatan keluarga, mulai dari remaja, calon pengantin, ibu hamil, hingga anak sebelum usia dua tahun. Bila risiko stunting sudah ditemukan lebih awal, penanganan dapat dilakukan secara lebih baik demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya