KOMPAS.com - Perusahaan asal Uni Emirat Arab, Emirates Global Aluminium (EGA), membantah terlibat dalam proyek energi nuklir di Indonesia.
Dilansir dari Reuters, Kamis (13/2/2025), EGA menegaskan, pihaknya tidak menjalankan bisnis energi nuklir.
Pernyataan tersebut disampaikan juru bicara EGA kepada Reuters menanggapi siaran pers dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) yang dirilis pada Kamis.
Baca juga: Indonesia-Turkiye Teken MoU Energi, Kerja Sama EBT hingga Nuklir
Siaran pers tersebut mewartakan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu CEO EGA Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban di sela the World Government Summit 2025.
Dalam siaran pers tersebut, Kemenko Perekonomian menyebutkan pertemuan itu membahas kelanjutan rencana kerja sama pengembangan produksi aluminium.
Abdulnasser disebut menyatakan EGA menyepakati kerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk memperluas smelter di utara Sumatera hingga 400.000 ton per tahun.
Namun, proyek kerja sama tersebut belum terealisasi karena tingginya biaya listrik dan pasokan listrik rendah karbon, yang digunakan untuk memproduksi aluminium hijau.
Baca juga: Wamen PPN: Bappenas Punya Tanggung Jawab Rencanakan Ekosistem Energi Nuklir
Mengutip Abdulnasser, EGA menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga pengolahan aluminium.
Selain itu, siaran pers tersebut juga menyebutkan EGA berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas hingga 5 gigawatt (GW).
Juru bicara EGA menyatakan, informasi soal nuklir dalam rilis resmi Kemenko Perekonomian tersebut tidak akurat.
"EGA tidak bergerak di bidang usaha tenaga nuklir, jadi dengan segala hormat, keterangan mengenai aspek ini tidak akurat," kata juru bicara EGA dalam pernyataannya kepada Reuters.
Baca juga: Nuklir Sebagai Pilar Swasembada Energi
Akan tetapi, EGA menegaskan pihaknya memiliki ketertarikan dengan Indonesia.
"EGA tertarik pada Indonesia, sebagaimana telah kami sampaikan secara terbuka selama empat tahun terakhir," ucap juru bicara tersebut.
Kemenko Perekonomian belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters terkait pernyataan EGA.
Dan sampai saat ini pun, Indonesia belum memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir yang terpasang.
Baca juga: Dewan Energi Nasional Usul Bangun 29 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya