JAKARTA, KOMPAS.com - Pertamina tengah mengembangkan bioenergi sebagai bahan bakar ramah lingkungan untuk menekan emisi karbon dioksida (CO2).
Senior Vice President (SVP) Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, mengatakan ada tiga produk yang kini dikembangkan.
“Pertama, bioetanol yang dicampurkan dengan gasoline. Kami juga punya HVO atau renewable diesel yang menjadi campuran untuk diesel. Ketiga, sustainable aviation fuel (SAF) untuk bisnis aviasi,” ungkap Oki dalam keterangannya, Senin (17/2/2025).
Menurut dia, Pertamina juga mengembangkan ekosistem kendaraan listrik termasuk melakukan recycle baterainya. Selain itu, pihaknya menyiapkan ekosistem energi masa depan dengan hidrogen.
"Kami berusaha untuk memproduksi green hydrogen di Ulubelu dengan kapasitas 100 kilogram per hari, dan kami menyiapkan proyek untuk SPBU hidrogen. Namanya Hydrogen Refueling Station,” jelas Oki.
Baca juga: Potensi Minyak Jelantah Hampir 1 Juta Kilo Liter, Bisa Jadi Biofuel
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menuturkan perusahaan tersebut telah mengimplementasikan penggunaan biodiesel B40.
Biodiesel B40 adalah campuran bahan bakar minyak yang terdiri dari 40 persen bahan bakar nabati (BBN) dan 60 persen solar atau minyak fosil.
“Di sektor penerbangan Pertamina sudah ada biofuel yang disebut SAF. Selain itu, program B40 sudah berjalan dengan baik per Jumat (14/2/2025) program mandatori B40 sudah tersalurkan sekitar 12 juta kiloliter," ucap Eniya.
Baca juga: Pelaku Usaha Minta Regulasi Harga Minyak Jelantah untuk Bioenergi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya