Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Bara hingga Gas Alam Jadi Sumber Utama Hidrogen untuk Bahan Bakar

Kompas.com - 16/04/2025, 07:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Batu bara, gas alam, dan air disebut bisa menjadi sumber utama hidrogen untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan hal tersebut merupakan ini bagian dari hilirisasi sumber daya alam yang selama ini digaungkan pemerintah.

“Kita mempunyai gas, batu bara, dan air. Karena hidrogen energi hijau untuk melakukan proses ini juga membutuhkan energi baru terbarukan, kita mempunyai semua,” ungkap Bahlil dalam Global Hydrogen Ecosystem 2025 Summit and Exhibition, di Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025). 

Baca juga: Bahan Bakar Hidrogen Jadi Salah Satu Strategi Dekarbonisasi Indonesia

Kata dia, produksi gas alam Indonesia diproyeksikan naik dua kali lipat 10 tahun ke depan dibandingkan sekarang. Pihaknya juga akan mendorong pembentukan sumur gas baru untuk meningkatkan hilirisasi dalam negeri termasuk hidrogen. 

“Kalau ini mampu kami lakukan, akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar 300.000, dan bisa menambahkan defisa,” tutur Bahlil. 

Kendati demikian, dia tak menampik bila pengembangan hidrogen sebagai bahan bakar membutuhkan waktu. 

Baca juga: PLN: Harga Bahan Bakar Hidrogen Lebih Murah Dibandingkan Bensin

Sejauh ini, PT PLN sudah membangun stasiun pengisian hidrogen kendati belum ada kendaraan berbasis hidrogen yang beroperasi.

“Saya tahu betul ketika kita mendorong mobil listrik dulu, hidrogen ini masih mahal dulunya belum kompetitif secara harga. Tetapi dari waktu ke waktu pasti biayanya akan berkurang lebih kompetitif,” papar dia. 

Kementerian ESDM pun berencana menyusun regulasi penggunaan hidrogen sebagai sumber energi baru di Indonesia. 

Baca juga: Surplus, Pemerintah Bakal Ekspor Hidrogen ke Asia Pasifik

“Memang selama ini kami bikin regulasi baru mobil listrik, belum hidrogen. Kalau sudah banyak, sudah bagus, dan kami lihat potensi market-nya sudah ada, maka pemerintah harus melakukan penyesuaian (regulasi),” jelas Bahlil.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau