KOMPAS.com - Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan kebutuhan listrik akan melonjak sepanjang 2025 hingga 2027.
Temuan yang dipublikasikan di situs web IEA ini mengungkap, pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata secara global ada;ah 4 persen.
Perkembangan beragam sektor seperti teknologi dan transportasi menentukan pertumbuhan, tetapi mungkin yang tak disadari adalah pertumbuhan konsumsi dari pendinin udara (AC)
Pemanasan suhu Bumi, misalnya suhu di Eropa yang dalam 2 tahun terakhir bisa mencapai 37 derajat Celsius, memicu kenaikan permintaan pendingin udara.
Permintaan lebih tinggi di dekat wilayah tropis. Di India yang sempat mengalami suhu 48 derajat Celsius, misalnya.
Kenaikan permintaan AC menciptakan dilema bagi masyarakat dan lingkungan.
Our World in Data mengungkap, AC bisa menyelamatkan sebagian orang karena membuat panas ekstrem di wilayahnya bisa ditoleransi.
Baca juga: Berharga tetapi Tak Dihargai, Lahan Gambut Jadi Bom Emisi Karbon
Laporan Lancet Countdown pada 2021 memperkirakan bahwa AC mencegah hampir 200.000 kematian dini akibat panas ekstrem pada 2019.
Namun dengan sekitar 2 miliar unit pendingin udara di dunia dan diproyeksikan meningkat jadi 5,5 miliar pada 2050, AC bisa berdampak pada lingkungan.
AC memicu kenaikan emisi, diantaranya lewat pembangkitan energi fosil, yang pada akhirnya justru membuat Bumi makin panas.
IEA memperkirakan pendingin ruangan termasuk kipas angin mengonsumsi sekitar 2.100 TWh daya 2022.
Sebagai perbandingan, penggunaan listrik dunia pada 2022 sekitar 29.000 TWh. Itu artinya pendinginan udara menggunakan sekitar 7 persen listrik dunia.
IEA juga memperkirakan, AC memicu emisi 1 miliar ton CO2 dari penggunaan listrik pada tahun 2022. Itu sekitar 2,7 persen dari total emisi CO2 dari bahan bakar fosil dan industri.
Baca juga: Cara Produksi Hidrogen Berkelanjutan Dikembangkan, Bebas Emisi Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya