Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lindungi Kulit tapi Rusak Karang, Sisi Gelap Sunscreen Perlu Diungkap

Kompas.com - 20/02/2025, 17:15 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Penggunaan tabir surya tengah berkembang pesat. Penjualan global pelindung matahari tersebut diprediksi bakal mencapai 13,6 miliar dollar AS pada tahun 2028.

Namun di balik pertumbuhan itu, ada kekhawatiran yang ditimbulkan dari pemakaian tabir surya.

Tabir surya ternyata mengandung senyawa kimia yang dikenal sebagai pseudo-persistent pollutant, zat kimia yang terakumulasi dan lebih berpotensi bahaya dari zat organik biasa.

Meski bermanfaat bagi manusia karena menyaring sinar ultraviolet, senyawa itu memicu pemutihan dan deformasi karang serta penurunan kesuburan ikan.

Tinjauan peneliti dari University of Plymouth di Inggris juga menunjukkan, produk tersebut dapat terhanyut ke lautan dunia dalam volume yang sangat tinggi.

Diperkirakan, 6.000-14.000 ton filter UV dilepaskan setiap tahun ke zona terumbu karang saja.

Baca juga: Permukaan Air Laut Naik 2 Cm Hanya dari Pencairan Gletser

Jika rata-rata setiap orang mengoleskan 36 g tabir surya dengan pengaplikasian ulang dalam jumlah sama selama 90 menit, satu pantai dengan 1000 pengunjung dapat menyebabkan 35 kg tabir surya masuk ke lautan.

Tinjauan yang kemudian dipublikasikan di jurnal Marine Pollution Bulletin ini pun kemudian menekankan perlunya penelitian komprehensif mengenai dampak polusi tabir surya terhadap kehidupan laut.

"Penelitian saat ini baru menyentuh permukaan pemahaman tentang bagaimana bahan kimia ini dapat memengaruhi kehidupan laut,” kata Anneliese Hodge, penulis utama penelitian, dikutip dari Guardian, Kamis (20/2/2025).

"Kita benar-benar perlu memahami bagaimana bahan kimia ini berinteraksi di lingkungan laut dan apakah bahan kimia ini berpotensi terakumulasi secara biologis dalam rantai makanan,” katanya lagi.

Tabir surya telah ditemukan di lingkungan laut di seluruh dunia, dari tempat wisata yang ramai hingga lokasi yang lebih terpencil seperti Antartika.

Senyawa-senyawa ini dapat memasuki ruang laut secara langsung, seperti melalui aktivitas berenang.

Senyawa dapat secara tidak langsung mencemari laut melalui pancuran pantai atau handuk yang telah digunakan untuk mengeringkan kulit yang dilapisi tabir surya.

Baca juga: “Climate Change” Ubah Siklus Nutrisi Laut yang Penting untuk Ekosistem

Selain mencemari laut, tabir surya juga telah terdeteksi dalam praktik pertanian, ketika air daur ulang dari pabrik pengolahan air limbah digunakan sebagai pupuk tanah.

Kontaminan yang ditemukan di sini tidak hanya berdampak pada tanaman, tetapi juga mencapai lingkungan perairan melalui limpasan pertanian.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

LSM/Figur
Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Pemerintah
Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

LSM/Figur
Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Swasta
Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Pemerintah
Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Pemerintah
Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemerintah
Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi  Berisiko Terhambat

Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi Berisiko Terhambat

Pemerintah
Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau