KOMPAS.com - Penggunaan tabir surya tengah berkembang pesat. Penjualan global pelindung matahari tersebut diprediksi bakal mencapai 13,6 miliar dollar AS pada tahun 2028.
Namun di balik pertumbuhan itu, ada kekhawatiran yang ditimbulkan dari pemakaian tabir surya.
Tabir surya ternyata mengandung senyawa kimia yang dikenal sebagai pseudo-persistent pollutant, zat kimia yang terakumulasi dan lebih berpotensi bahaya dari zat organik biasa.
Meski bermanfaat bagi manusia karena menyaring sinar ultraviolet, senyawa itu memicu pemutihan dan deformasi karang serta penurunan kesuburan ikan.
Tinjauan peneliti dari University of Plymouth di Inggris juga menunjukkan, produk tersebut dapat terhanyut ke lautan dunia dalam volume yang sangat tinggi.
Diperkirakan, 6.000-14.000 ton filter UV dilepaskan setiap tahun ke zona terumbu karang saja.
Baca juga: Permukaan Air Laut Naik 2 Cm Hanya dari Pencairan Gletser
Jika rata-rata setiap orang mengoleskan 36 g tabir surya dengan pengaplikasian ulang dalam jumlah sama selama 90 menit, satu pantai dengan 1000 pengunjung dapat menyebabkan 35 kg tabir surya masuk ke lautan.
Tinjauan yang kemudian dipublikasikan di jurnal Marine Pollution Bulletin ini pun kemudian menekankan perlunya penelitian komprehensif mengenai dampak polusi tabir surya terhadap kehidupan laut.
"Penelitian saat ini baru menyentuh permukaan pemahaman tentang bagaimana bahan kimia ini dapat memengaruhi kehidupan laut,” kata Anneliese Hodge, penulis utama penelitian, dikutip dari Guardian, Kamis (20/2/2025).
"Kita benar-benar perlu memahami bagaimana bahan kimia ini berinteraksi di lingkungan laut dan apakah bahan kimia ini berpotensi terakumulasi secara biologis dalam rantai makanan,” katanya lagi.
Tabir surya telah ditemukan di lingkungan laut di seluruh dunia, dari tempat wisata yang ramai hingga lokasi yang lebih terpencil seperti Antartika.
Senyawa-senyawa ini dapat memasuki ruang laut secara langsung, seperti melalui aktivitas berenang.
Senyawa dapat secara tidak langsung mencemari laut melalui pancuran pantai atau handuk yang telah digunakan untuk mengeringkan kulit yang dilapisi tabir surya.
Baca juga: “Climate Change” Ubah Siklus Nutrisi Laut yang Penting untuk Ekosistem
Selain mencemari laut, tabir surya juga telah terdeteksi dalam praktik pertanian, ketika air daur ulang dari pabrik pengolahan air limbah digunakan sebagai pupuk tanah.
Kontaminan yang ditemukan di sini tidak hanya berdampak pada tanaman, tetapi juga mencapai lingkungan perairan melalui limpasan pertanian.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya