Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 2 Maret 2025, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Sungai Citarum yang kembali dipenuhi sampah mendapat sorotan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi. 

Dia memerintahkan Kepala PSDA Provinsi Jabar menurunkan empat unit kapal ponton untuk memberishkan sampah di sungai tersebut, sebagaimana dilansir Kompas.com, Minggu (2/3/2025).

Sebelumnya, Sungai Citarum tepatnya di Oxbow Cicukang, Mekarrahayu, Margaasih, Kabupaten Bandung juga kembali dipenuhi sampah pada Rabu (26/2/2025).

Baca juga: Baru Dibersihkan, Sungai Citarum Kembali Dipenuhi Sampah

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Mochammad Dian Al Ma'ruf mengatakan, sampah kembali menumpuk di daerah tersebut meski beberapa waktu sebelumnya sempat dibersihkan.

Awal tahun ini, Sungai Citarum sempah dibersihkan dari tanggal 25 Januari sampai 2 Februari 2025. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, sungai tersebut kembali diliputi sampah.

Permasalahan sampah di Sungai Citarum sampah sekarang masih belum usai. Bahkan, Sungai Citarum dinobatkan sebagai salah satu sungai paling kotor di dunia.

Dilansir dari Badan Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia, Sungai Citarum termasuk dalam 10 sungai paling tercemar di dunia.

Baca juga: Kolaborasi RI -Australia Libatkan Masyarakat Kelola Limbah dan Ekonomi Sirkular Citarum

Padahal, Sungai Citarum dimanfaatkan untuk air minum penduduk di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Tangerang.

Air yang tercemar juga memengaruhi masyarakat di sekitarnya. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih dan lingkungan yang sehat.

Cemaran yang mengotori Sungai Ciliwung sangat bervariasi mulai dari plastik, sampah rumah tangga, sisa makanan, hingga limbah industri.

Di beberapa lokasi, permukaan sungai bahkan sampai tidak terlihat karena tertutupi sampah dan eceng gondok.

Baca juga: Amorepacific Indonesia Bersihkan Sampah di Sungai Citarum

Penanganan Citarum

Upaya penanganan sampah di Citarum sudah dilakukan sejak lama. Di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah meluncurkan program Citarum Harum pada 2018.

Program tersebut dimulai setelah Jokowi meneken Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum pada 14 Maret 2018.

Dalam program tersebut, Sungai Citarum yang saat itu sudah sangat tercemar ditarget bisa menjadi sungai bersih dalam tujuh tahun melalui program Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

Program rehabilitasi dan revitalisasi DAS Citarum akan dikerjakan secara sinergis dan terintegrasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan pemerintah daerah kabupaten kota yang terlintasi Sungai Citarum.

Itu berarti, tahun ini alias 2025 menjadi tenggat di mana Sungai Citarum menjadi sungai yang bersih. 

Baca juga: Tangani Sampah Citarum, Jabar Terjunkan Personel dan Alat Berat

Jauh sebelum itu, pada 2014, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menargetkan Sungai Citarum menjadi sungai yang bersih pada tahun 2018.

Bahkan, rencana tersebut dilakukan melalui gerakan Citarum Bersih, Sehat, Lestari dan Indah (Citarum Bestari).

Program itu menargetkan, Sungai Citarum dapat langsung diminum pada 2018.

Gerakan Citarum Bestari itu dibagi 4 segmen. Segmen pertama, membereskan fokus permasalahan pada Kilometer 0-20. Segmen kedua pada Kilometer 21-40, segmen ketiga pada Kilometer 41-60, dan segmen keempat pada Kilometer 61-77.

Meski berbagai program jangka panjang telah dilaksanakan, sampah di Sungai Citarum masih menjadi persoalan.

Baca juga: Citarum dan World Water Forum

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau