"Awalnya, tetangga-tetangga saya ragu. Namun, ketika panen saya tetap bagus meskipun pakai air lebih sedikit, mereka mulai bertanya-tanya dan akhirnya ikut belajar juga," ceritanya.
Sekolah Lapang Pertanian dari Pusur Institute dan AQUA Klaten sejatinya lebih dari sekadar wadah bagi para petani untuk belajar teknik pertanian regeneratif dan berkelanjutan. Lewat program ini, mereka juga diajarkan cara-cara menjaga kualitas air. Ini mengingat, air menjadi kunci produktivitas sektor tersebut.
Stakeholders Relation Manager AQUA Klaten sekaligus Pengurus Pusur Institute Rama Zakaria menyampaikan, Sekolah Lapang Pertanian tidak hanya memberikan teori, tetapi juga kesempatan praktik langsung di lapangan.
"Petani tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung mencoba di lahan demonstrasi. Ini membantu mereka melihat sendiri hasil dari teknik pertanian ramah lingkungan," jelasnya.
Baca juga: Aqua Perkuat Sinergi dalam Implementasi Ekonomi Sirkular dan Pemanfaatan Material Daur Ulang
Melalui edukasi ini, banyak petani yang awalnya ragu beralih dari penggunaan pupuk kimia berlebihan ke pupuk organik. Mereka juga mulai menerapkan teknik pengairan yang tepat untuk menjaga kualitas air dan meningkatkan produktivitas lahan.
Selain edukasi langsung kepada petani, Pusur Institute juga menginisiasi skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Melalui skema ini, masyarakat di hulu yang menjaga lingkungan mendapat insentif dari pengguna air di hilir.
"Masyarakat di hulu yang menjaga lingkungan mendapat reward dari pengguna air di hilir. Ini menciptakan rasa tanggung jawab bersama dan memperkuat hubungan antara masyarakat," kata Rama.
Insentif tersebut tidak hanya berupa uang, tetapi juga bantuan akses air bersih dan kebutuhan pertanian. Tujuannya adalah memberikan motivasi tambahan bagi petani untuk konsisten menerapkan praktik pertanian regeneratif dan turut menjaga kualitas air di Sungai Pusur.
Baca juga: Kotoran Sapi Jadi Energi, Sungai Tak Lagi Tercemari
Rama menambahkan bahwa skema PJL tidak hanya soal insentif ekonomi, tetapi juga membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga lingkungan.
"Kami berharap, generasi muda petani bisa melanjutkan praktik-praktik baik ini, sehingga Sungai Pusur tetap lestari," ujarnya.
Program Sekolah Lapang Pertanian menjadi bukti nyata bahwa edukasi yang tepat mampu membawa perubahan signifikan. Pusur Institute dan AQUA Klaten menunjukkan bahwa menjaga kelestarian air bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga swasta tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat.
"Kami ingin memastikan praktik pertanian di wilayah hulu, tengah, dan hilir Sungai Pusur tidak menjadi sumber pencemaran air, tetapi justru menjadi bagian dari solusi konservasi lingkungan," ujar Rama.
Baca juga: Kisah dari Daerah Resapan Air: Berkat Alpukat Martabat Terangkat
Tak sia-sia. Sebab kini, edukasi di Sekolah Lapang Pertanian sukses mengubah pola pikir petani.
"Sekarang, saya tidak hanya bertani untuk hidup tetapi juga memastikan tanah dan air tetap sehat untuk anak cucu saya," ucap Lilik
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya