Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AI Pengaruhi 40 Persen Pekerjaan di Seluruh Dunia

Kompas.com, 7 April 2025, 15:09 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasar kecerdasan buatan (AI) global diproyeksikan mencapai 4,8 triliun dollar AS pada tahun 2033.

Hal ini menurut PBB bisa mempengaruhi hampir setengah dari pekerjaan di seluruh dunia.

Dalam laporannya, Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) memperingatkan meski AI mengubah ekonomi dan menciptakan peluang besar, teknologi tersebut juga berisiko menimbulkan kesenjangan.

Artinya adalah AI mampu menawarkan peningkatan produktivitas tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang otomatisasi dan pemindahan pekerjaan.

Seperti dikutip dari Techxplore, Senin (7/4/2025) UNCTAD menyoroti bahwa sektor-sektor yang padat pengetahuan akan paling terekspos oleh AI.

Baca juga: Mengapa Perusahaan AI Seolah Berubah Menjadi Perusahaan Energi?

Ini berarti perekonomian maju atau negara-negara dengan tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi menjadi yang paling terdampak.

Namun perekonomian maju memiliki keunggulan dalam hal kemampuan untuk memanfaatkan manfaat dan peluang yang ditawarkan oleh teknologi AI dibandingkan dengan negara-negara berkembang

"Manfaat otomatisasi yang digerakkan oleh AI sering kali lebih menguntungkan modal daripada tenaga kerja, yang dapat memperlebar kesenjangan dan mengurangi keunggulan kompetitif tenaga kerja berbiaya rendah di negara-negara berkembang," tulis UNCTAD dalam laporannya.

Kepala UNCTAD Rebeca Grynspan menegaskan pentingnya menempatkan manusia sebagai fokus utama dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Ia juga mendesak peningkatan kerja sama internasional untuk mengubah fokus dari teknologi itu sendiri menjadi manusia, sehingga negara-negara dapat berkolaborasi dalam menyusun kerangka kerja kecerdasan buatan global.

"Meskipun kemajuan teknologi memicu pertumbuhan ekonomi, hal itu tidak dengan sendirinya memastikan pembagian pendapatan yang merata atau mendorong pembangunan manusia yang melibatkan semua pihak," katanya dalam sebuah pernyataan.

Perkembangan Teknologi

Laporan juga mencatat pada tahun 2023, apa yang disebut teknologi terdepan (frontier technologies), termasuk internet, blockchain, 5G, pencetakan 3D, dan AI, memiliki nilai pasar sebesar 2,5 triliun dollar AS.

Angka ini diprediksi akan melonjak enam kali lipat dalam sepuluh tahun mendatang, mencapai 16,4 triliun dollar AS.

Dan pada tahun 2033, AI akan menjadi teknologi terdepan di sektor ini, dengan nilai mencapai 4,8 triliun dollar AS.

Akan tetapi, UNCTAD mengingatkan bahwa ketersediaan infrastruktur dan keahlian di bidang AI masih sangat terpusat di segelintir negara saja.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau