KOMPAS.com - Siapa sangka gas yang digunakan dalam proses pembiusan (anestesi) ternyata merupakan salah satu gas rumah kaca yang sangat kuat yang berpotensi memerangkap panas di atmosfer.
Namun, dampak keseluruhan gas-gas tersebut terhadap perubahan iklim secara global belum sepenuhnya dipahami atau diukur.
Gas-gas anestesi terhalogenasi tersebut adalah sekelompok anestetik volatil (mudah menguap) yang digunakan untuk menginduksi (memulai) dan mempertahankan kondisi tidak sadar selama berbagai prosedur medis.
Tapi kabar baiknya, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah The Lancet Planetary Health yang dipimpin oleh Universitas Lund di Swedia menemukan bahwa emisi gas rumah kaca yang berasal dari penggunaan gas anestesi telah mengalami penurunan sebesar 27 persen selama sepuluh tahun terakhir.
Penurunan itu menjadi sekitar 2 juta ton setara karbon dioksida.
Baca juga: RS di Jerman Pakai Anestesi Berkelanjutan, Kurangi C02 Hingga 80 Persen
Seperti dikutip dari Phys, Senin (7/4/2025) penurunan ini terutama disebabkan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi yang mengurangi penggunaan desflurane, gas anestesi dengan dampak iklim tertinggi.
Uni Eropa telah memutuskan untuk melarang gas tersebut mulai Januari 2026, tetapi pada saat yang sama, penggunaan desflurane telah meningkat secara signifikan di beberapa negara.
"Desflurane 2.500 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Negara-negara berpendapatan tinggi, seperti Amerika Serikat, telah mengurangi penggunaannya secara drastis," papar Adrien Talbot, mahasiswa doktoral anestesiologi dan perawatan intensif di Universitas Lund dan konsultan senior di Rumah Sakit Helsingborg.
Akan tetapi peneliti melihat adanya peningkatan dalam penggunaan desflurane di beberapa negara, seperti Jepang, Cina, India, Rusia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Studi ini sendiri didasarkan pada data penjualan global gas anestesi dari 91 negara yang mencakup 80 persen populasi dunia.
Para peneliti menghitung dampak iklim menggunakan potensi pemanasan global, setara karbon dioksida, untuk periode 100 tahun dan menemukan bahwa gas anestesi merupakan sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan tetapi dapat dihindari dalam perawatan kesehatan.
"Kami kemudian meneliti tren penggunaan gas anestesi yang paling umum antara tahun 2014 dan 2023. Dampak iklim desflurane di negara-negara berpenghasilan tinggi berkurang setengahnya selama periode 10 tahun," kata Talbot.
Baca juga: Sumbang Emisi GRK, Sekotr Medis Didorong Terapkan Praktik Ramah Lingkungan
Namun, di negara-negara berpenghasilan menengah, emisi dari gas tersebut meningkat tiga kali lipat.
Kunci untuk mengurangi emisi lebih lanjut adalah transisi yang lebih luas ke sevoflurane. Itu merupakan gas anestesi dengan dampak iklim yang jauh lebih rendah dan sifat klinis yang sama atau bahkan lebih baik daripada alternatif lain.
Menurut peneliti jika desflurane telah sepenuhnya digantikan oleh sevoflurane, dampak gas anestesi terhadap iklim global dapat dikurangi hingga 69 persen.
"Meskipun merupakan hal yang positif bahwa beberapa negara terbesar di dunia mampu menawarkan anestesi dan pembedahan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan penduduknya, namun juga mengkhawatirkan bahwa mereka sering memilih untuk menggunakan desflurane," papar Peter Bentzer, dosen senior Anestesi dan Perawatan Intensif di Universitas Lund.
"Jika lebih banyak pihak berhenti menggunakannya, kita dapat mengurangi separuh emisi iklim dan masih menggandakan jumlah anestesi di dunia," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya