KOMPAS.com - Seiring dengan meningkatnya perbincangan global tentang perubahan iklim, dampak lingkungan dari festival musik makin menjadi sorotan.
Pasalnya, festival musik seperti Coachella, Glastonbury & Lollapalooza sering kali menyelenggarakan acara selama beberapa hari berpotensi menghasilkan jejak karbon yang tak sedikit jumlahnya.
Menurut laporan Dampak Lingkungan Konser tahun 2024 dari LSM berbasis di AS, Seaside Sustainability, festival musik rata-rata menghasilkan 500 ton emisi karbon selama tiga hari. Itu setara dengan 5 kg CO2 per peserta per hari.
Penyebab utama di balik ini sering kali adalah perjalanan penonton, dengan orang-orang berkendara jarak jauh atau bahkan naik pesawat untuk menghadiri festival favorit mereka.
Baca juga: Siap-siap, Penyelenggara Konser Akan Wajib Kelola Sampah Selama Acara
Kemudian, tentu saja, ada bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendukung festival, sering kali menggunakan generator diesel.
Jadi apakah mungkin jika acara-acara tersebut menjadi lebih berkelanjutan?
Mengutip Sustainability Magazine, Rabu (16/4/2025) penyelenggara festival dan musisi ternyata saat ini mulai memiliki kesadaran untuk mengadakan event yang lebih ramah lingkungan.
Menurut laporan More Than Music, yang diterbitkan oleh BetterNotStop bekerja sama dengan Deloitte, 46 persen festival Inggris yang disurvei kini memiliki kebijakan keberlanjutan publik.
Selain itu, 26 persen telah mengambil langkah-langkah untuk memangkas penggunaan bahan bakar dan 22 persen artis mengimbangi perjalanan penonton.
Ambil contoh saja Coachella, salah satu festival paling terkemuka di Amerika Serikat. Meski belum memiliki strategi keberlanjutan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik acara itu tetap mencoba untuk lebih berkelanjutan.
Menurut perkiraan, rata-rata ada 125.000 pengunjung yang datang. Dan data tahun 2021 menunjukkan acara tersebut menghasilkan hingga 1600 ton sampah dengan hanya 20 persen yang didaur ulang.
Emisi Coachella mayoritas berasal dari perjalanan, di mana hingga 70 persen emisi berasal dari pengunjung yang datang dengan mobil.
Coachella mencoba mengatasi masalah transportasi dengan program Carpoochella yang bertujuan untuk mendorong orang untuk berbagi mobil (carpooling).
Sebagai imbalan carpooling, peserta dijanjikan insentif seperti peningkatan status VIP dan diskon merchandise.
Baca juga: Jejak Karbon Bulanan ChatGPT Setara 260 Penerbangan Jakarta - Dubai
Namun program ini belum berjalan maksimal. Meskipun ada insentif, peserta mungkin hanya menerima tiket lotere dan ada kemungkinan besar tidak mendapatkan insentif.
Bagi mereka yang datang dengan sepeda, keuntungan yang ditawarkan terbatas pada rak sepeda yang dijaga dan jalur yang diterangi. Ini menunjukkan bahwa insentif untuk bersepeda jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang dijanjikan untuk carpooling.
Lalu soal transportasi para artis. Pada tahun 2023, muncul laporan bahwa banyak artis dan influencer termasuk BLACKPINK dan Frank Ocean yang menggunakan jet pribadi untuk mencapai lokasi di perbukitan terpencil California,
Contoh lain adalah festival musik di Inggris, Glastonbury yang merupakan salah satu festival musik tertua dan terbesar di dunia dengan jumlah pengunjung sekitar 210.000 orang.
Glastonbury 2023 adalah festival pertama yang sepenuhnya ditenagai oleh energi terbarukan.
Semua area produksi dari panggung, tenda, dan lain sebagainya dialiri listrik dari sumber-sumber bebas bahan bakar fosil. Area produksi juga menggunakan panel surya fotovoltaik dan sistem hibrida baterai.
Biofuel yang digunakan untuk menggerakkan generator dibuat dari minyak goreng bekas.
Baca juga: Coldplay Sebut Jejak Karbon Tur Konser Turun 59 Persen
Sebelum festival dimulai, para pekerja juga mendistribusikan lebih dari 12.000 tempat sampah di seluruh lokasi, yang memisahkan sampah menjadi sampah makanan yang dapat terurai secara hayati, sampah yang tidak dapat terurai secara hayati, serta kaleng dan botol.
Para pengunjung festival kemudian bertanggung jawab untuk memisahkan sampah mereka sendiri ke dalam tempat sampah ini setiap hari. Ada juga sukarelawan pemungut sampah yang membersihkan area festival selama festival berlangsung.
Kemudian, saat sampah dikumpulkan, sampah tersebut dibawa ke tempat daur ulang sementara Glastonbury.
Tempat ini dibangun di gudang besar, lengkap dengan ban berjalan, untuk memilah berbagai jenis sampah sehingga dapat disingkirkan dan didaur ulang seefisien mungkin.
Dalam banyak hal, Glastonbury merupakan contoh kasus yang patut dicontoh untuk keberlanjutan dan sirkularitas dalam festival musik.
Selain penyelenggara festival, musisi juga telah menjadi penggerak penting perubahan berkelanjutan.
Baca juga: Banyak Orang Remehkan Jejak Karbon Orang Kaya
Billie Eilish, Harry Styles, dan Lorde yang bermitra dengan lembaga nirlaba Reverb untuk mengurangi dampak lingkungan dari tur mereka.
Inisiatif tersebut berkisar dari menghilangkan plastik sekali pakai hingga memberi insentif perilaku ramah lingkungan dengan barang dagangan eksklusif bagi penggemar yang berpartisipasi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya