Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/04/2025, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - China mempunyai niat dalam mempertimbangkan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bulan.

Rencana tersebut dipertimbangkan China untuk menyuplai listrik Stasiun Penelitian Bulan Internasional atau International Lunar Research Station (ILRS) bersama China.

Pertimbangan tersebut disampaikan oleh seorang pejabat senior China dalam sebuah presentasi konferensi pada Rabu (23/4/2025) di Shanghai, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: RUPTL Segera Disahkan, Realisasi PLTN Ditarget 500 MW sampai 2035

Saat ini, China berambisi untuk menjadi salah satu pemain besar di ruang angkasa. "Negeri Panda" juga memiliki target untuk mendaratkan astronotnya di Bulan pada 2030.

Sebelum merealisasikan tujuan tersebut, China terlebih dulu meluncurkan misi Chang'e-8 pada 2028 untuk meletakkan fondasi guna membangun pangkalan berawak permanen di Bulan.

Untuk mendukung suplai energi pangkalan tersebut, pejabat misi ruang angkasa China, Pei Zhaoyu, menuturkan dibutuhkan pembangkit listrik yang bisa dipasang di sana.

Tahun lalu, badan antariksa Rusia, Roscosmos, menyebutkan bahwa mereka berencana untuk membangun PLTN di Bulan Bersama Administrasi Antariksa Nasional China atau CNSA pada 2035 untuk menyuplai listrik ILRS.

Kepala perancang program eksplorasi Bulan China, Wu Weiren, menyampaikan bahwa suplai energi listrik bagi ILRS adalah isu yang krusial.

Baca juga: Bahlil Proyeksikan PLTN Beroperasi di 2030 Mendatang

Menurutnya, Rusia memiliki keunggulan dalam pengembangan energi nuklir dan bisa dimanfaatkan untuk misi di ruang angkasa.

"Rusia memimpin dunia, Rusia berada di depan Amerika Serikat (AS)," kata Weiren kepada Reuters.

Setelah mengalami sedikit kemajuan dalam pembicaraan tentang reaktor antariksa di masa lalu, Wu berharap China dan Rusia benar-benar merealisasikan pengiriman reaktor nuklir ke Bulan.

Rencana China untuk membangun pangkalan di Bulan bertepatan dengan program Artemis dari AS. Misi Artemis juga berambisi menempatkan astronot AS kembali ke permukaan Bulan pada Desember 2025.

Tahun lalu, Wu menyampaikan model dasar ILRS akan dibangun di Bulan dan ditempatkan di kutub selatan Bulan.

Baca juga: Kaji Tsunami, BRIN-BMKG Uji Kelayakan Lokasi PLTN Pantai Gosong Kalimantan

Jauh di masa mendatang, China akan membuat "Proyek 555" yang mengundang 50 negara, 500 lembaga penelitian ilmiah internasional, dan 5.000 peneliti luar negeri untuk bergabung dengan ILRS.

Peneliti dari Roscosmos juga hadir di konferensi tersebut juga berbagi rincian tentang rencana untuk mencari sumber daya mineral dan air, termasuk kemungkinan menggunakan material Bulan, sebagai bahan bakar.

Liu Ying, seorang peneliti di akademi diplomatik kementerian luar negeri China, menuturkan, "Negeri Panda" saat ini sudah semakin maju dalam hal teknologi.

Di sisi lain, Roscosmos mendapat banyak batasan karena impor teknologi dan peralatan ruang angkasa tidak bisa leluasa akibat sanksi yang didapatkan Rusia karena perang di Ukraina.

Liu menuturkan, momentum tersebut membuat China bisa mengurangi batasan yang dihadapi Roscosmos sekaligus membantu Rusia mencapai terobosan baru dalam peluncuran satelit, eksplorasi bulan, dan stasiun ruang angkasa.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Lombok Eco Kriya, Inisiatif Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Mandalika

Lombok Eco Kriya, Inisiatif Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Mandalika

Swasta
PLN Ungkap Perdagangan Karbon Capai 336.000 Ton CO2 di 2025

PLN Ungkap Perdagangan Karbon Capai 336.000 Ton CO2 di 2025

BUMN
Meski Tak Instan, Kajian Ilmiah Berdampak Besar untuk Konservasi

Meski Tak Instan, Kajian Ilmiah Berdampak Besar untuk Konservasi

LSM/Figur
Pemanasan Global Jadi Ancaman Keamanan, Adaptasi Militer Diperlukan

Pemanasan Global Jadi Ancaman Keamanan, Adaptasi Militer Diperlukan

Pemerintah
Pemerintah Incar Produksi Kendaraan Listrik Capai 2 Juta di 2025 untuk Ketahanan Energi

Pemerintah Incar Produksi Kendaraan Listrik Capai 2 Juta di 2025 untuk Ketahanan Energi

Pemerintah
Pecah Rekor, Kapasitas PLTB dan PLTS China Salip Pembangkit Listrik Termal

Pecah Rekor, Kapasitas PLTB dan PLTS China Salip Pembangkit Listrik Termal

Pemerintah
1 Jam Pemadaman Lampu, Emisi GRK Jakarta Turun 297,77 Ton CO2

1 Jam Pemadaman Lampu, Emisi GRK Jakarta Turun 297,77 Ton CO2

Pemerintah
China Berniat Bangun PLTN di Bulan Bareng Rusia, Ini Alasannya

China Berniat Bangun PLTN di Bulan Bareng Rusia, Ini Alasannya

Pemerintah
Kanada Hentikan Sementara Kewajiban Pelaporan Iklim

Kanada Hentikan Sementara Kewajiban Pelaporan Iklim

Pemerintah
Amex GBT Perkenalkan Fitur Untuk Dorong Perjalanan Rendah Karbon

Amex GBT Perkenalkan Fitur Untuk Dorong Perjalanan Rendah Karbon

Swasta
DLH Provinsi Jakarta Terapkan Sejumlah Cara untuk Atasi Sampah di Sungai Ciliwung

DLH Provinsi Jakarta Terapkan Sejumlah Cara untuk Atasi Sampah di Sungai Ciliwung

Pemerintah
Investigasi Genesis: 40.000 Lahan FOLU Net Sink di Bengkulu Tumpang Tindih

Investigasi Genesis: 40.000 Lahan FOLU Net Sink di Bengkulu Tumpang Tindih

LSM/Figur
MA Batalkan Vonis Bebas Terdakwa Perdagangan Badak Jawa

MA Batalkan Vonis Bebas Terdakwa Perdagangan Badak Jawa

Pemerintah
Pengusaha Terancam Denda Rp 5 Juta per Hari jika Tak Selesaikan Laporan KKPRL

Pengusaha Terancam Denda Rp 5 Juta per Hari jika Tak Selesaikan Laporan KKPRL

Pemerintah
2 Persen Wilayah Masuki Musim Kemarau, Bertambah Bertahap Mei dan Juni

2 Persen Wilayah Masuki Musim Kemarau, Bertambah Bertahap Mei dan Juni

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau