KOMPAS.com - Hutan bakau diyakini mampu melindungi wilayah pesisir dari gelombang laut. Tapi, seberapa efektif perlindungan alami itu, terutama saat badai ekstrem melanda?
Peneliti dari Universitas Sun Yat-Sen, Tiongkok, dan Royal Netherlands Institute for Sea Research (NIOZ) baru saja menemukan metode sederhana untuk mengukur efektivitas hutan bakau dalam meredam gelombang tinggi, badai, dan banjir pesisir.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) dan bisa menjadi alat penting bagi pengelola pesisir serta pembuat kebijakan dalam merancang pertahanan alam yang lebih efisien.
Peneliti mengatakan, model prediksi yang selama ini tersedia terlalu rumit untuk digunakan oleh praktisi di lapangan, apalagi jika data yang dibutuhkan sulit diperoleh saat cuaca ekstrem terjadi.
Kini, peneliti memperkenalkan metode HU—cara baru yang mudah dan praktis untuk menghitung seberapa besar hutan bakau mampu mengurangi tinggi gelombang badai. HU singkatan dari Height (tinggi gelombang) dan bilangan Ursell (secara sederhana menunjukkan ekspansi gelombang).
Metode HU efektif karena pelemahan gelombang sangat berkaitan dengan efek gelombang nonlinier, yang digambarkan melalui rumus HU. Rumus HU yang sama dapat digunakan baik saat cuaca tenang maupun saat badai.
Dalam metode baru ini, data dari kondisi cuaca tenang (yang tetap mengandung efek nonlinier tinggi) digunakan untuk memprediksi seberapa besar gelombang akan berkurang saat badai, tanpa perlu menghitung hambatan secara rinci.
Baca juga: Hutan Bakau Hemat Penanganan Banjir Global 855 Miliar Dollar AS
Salah satu temuan menarik dalam studi ini: hutan bakau selebar 100 meter mampu meredam tinggi gelombang badai hingga setengahnya. Perlindungan ini sangat penting bagi wilayah pemukiman dan ekosistem di balik hutan bakau.
Tim juga menguji 20 metode perhitungan daya hambat pohon terhadap gelombang, namun sebagian besar gagal memprediksi redaman gelombang saat badai. Metode HU menjadi solusi yang sederhana dan bisa digunakan oleh siapa saja.
"Metode ini tidak membutuhkan angka rumit atau pengukuran pohon yang detail," jelas peneliti utama, Zhan Hu, seperti dikutip Phys, Kamis (1/5/2025).
"Cukup dengan beberapa data dasar, praktisi pesisir atau relawan bisa menggunakannya untuk menilai perlindungan dari hutan bakau setempat."
Peneliti dari NIOZ, Tjeerd Bouma, menambahkan bahwa metode ini sangat berguna untuk merancang pertahanan pantai alami, yang bisa menghemat miliaran dolar secara global.
"Hutan bakau bukan sekadar penghalang gelombang," katanya. "Mereka juga menyerap karbon, menjadi rumah bagi satwa liar, dan menyaring air."
Meski metode HU menjanjikan, peneliti mengakui masih ada ruang pengembangan. Mereka berencana menyesuaikannya dengan dinamika lain, seperti pergerakan pohon akibat angin dan tipe ekosistem yang berbeda.
"Singkatnya, ini adalah langkah besar dalam memahami cara kerja perlindungan alam," simpul Hu.
"Metode HU membuka peluang baru untuk pengelolaan pesisir yang lebih cerdas dan berkelanjutan."
Baca juga: Mangrove Rumah bagi 700 Miliar Satwa Komersial, Kerusakannya Picu Krisis
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya