Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AI Bisa Bikin Prakiraan Cuaca dan Iklim Indonesia Detail dan Akurat

Kompas.com - 06/05/2025, 16:12 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menilai kecerdasan buatan (AI) penting untuk mempercepat dan memperluas jangkauan prediksi iklim di Indonesia.

Pemanfaatan teknologi ini dinilai mampu mengatasi keterbatasan sistem prediksi iklim konvensional yang selama ini digunakan BMKG. Hal tersebut ia sampaikan dalam forum Inovasi ClimateSmart Indonesia, Senin (5/5/2025), yang juga menjadi ajang peluncuran platform prediksi penyakit akibat dampak iklim berbasis AI.

Dwikorita menjelaskan bahwa selama ini BMKG membutuhkan waktu sedikitnya enam bulan untuk memprediksi cuaca atau musim, termasuk peluang hujan. Prediksi itu pun harus diperbarui secara berkala setiap 10 hari. Selain itu, prakiraan juga dibuat dalam skala waktu lebih pendek—bulanan, mingguan, harian, hingga tiap jam—demi meningkatkan akurasi.

“Dengan teknologi numerik saat ini, kami memang bisa memberi prakiraan hingga tingkat desa. Namun, hanya satu desa dengan satu prediksi musim dan cuaca yang akan terjadi enam bulan mendatang. Jadi, untuk seluruh Indonesia, dibutuhkan waktu lebih lama,” ujar Dwikorita.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pendekatan konvensional ini memiliki keterbatasan akurasi, terutama untuk prediksi jangka panjang. Akurasi prakiraan enam bulan ke depan, misalnya, masih berada di bawah 90 persen. Sebaliknya, jika prediksi dibuat untuk jangka yang lebih pendek seperti tiga minggu atau enam jam ke depan, tingkat akurasinya bisa mencapai 92 persen.

Baca juga: Cegah Wabah karena Iklim, Indonesia Perkuat Sistem Kesehatan dengan AI

“Di sinilah kecerdasan buatan memiliki peran. Dengan AI, kita dapat memproyeksikan kondisi iklim bahkan satu tahun lebih awal. Ini melampaui kemampuan sistem prediksi yang selama ini kami gunakan,” kata Dwikorita.

Menurutnya, penggunaan AI juga memungkinkan adanya ribuan variasi prakiraan cuaca yang dapat dibuat secara simultan di seluruh Indonesia. Pendekatan ini akan melampaui sistem satu wilayah satu prediksi, karena AI memungkinkan prediksi hingga ke skala mikro, seperti kondisi cuaca di satu hotel atau satu gedung pada waktu tertentu.

Kemampuan prediksi yang lebih luas dan lebih detail ini, lanjut Dwikorita, bukan hanya penting untuk penguatan sistem mitigasi bencana, tetapi juga mendukung berbagai sektor lain dalam menghadapi dampak perubahan iklim, termasuk potensi munculnya wabah penyakit.

“Jika kita tahu kemarau akan datang dalam bulan tertentu satu tahun sebelumnya, kita bisa siapkan peringatan dini, termasuk mengantisipasi penyakit yang mungkin berkembang di musim tersebut,” ujarnya.

Meski begitu, Dwikorita mengakui bahwa untuk menghasilkan prediksi iklim berbasis AI yang akurat, data dari BMKG saja tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia mendorong kolaborasi dari berbagai pihak dalam pengembangan sistem AI iklim nasional.

“Dibutuhkan sinergi data dari banyak instansi agar AI benar-benar bisa menguatkan sistem prediksi iklim yang bermanfaat luas bagi masyarakat Indonesia,” tutup Dwikorita.

Baca juga: Survei: 91 Persen Masyarakat Indonesia Dukung Upaya Atasi Perubahan Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Bersama dan Digitalisasi Distribusi Pupuk Subsidi

Pupuk Indonesia Gelar Program Tebus Bersama dan Digitalisasi Distribusi Pupuk Subsidi

BUMN
Penguatan PAUD Jadi Fondasi Wujudkan SDM Unggul Berdaya Saing

Penguatan PAUD Jadi Fondasi Wujudkan SDM Unggul Berdaya Saing

Pemerintah
Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi

Perubahan Iklim Ubah Laguna Pesisir Jadi Lebih Asin, Restorasi Jadi Solusi

Pemerintah
Pemerintah Perlu Skema Pendanaan Baru untuk Pengelolaan Sampah

Pemerintah Perlu Skema Pendanaan Baru untuk Pengelolaan Sampah

LSM/Figur
IEA Prediksi Penjualan EV Global Capai Lebih dari 25 Persen pada 2025

IEA Prediksi Penjualan EV Global Capai Lebih dari 25 Persen pada 2025

Pemerintah
IPB Rilis Inovasi Berbasis AI untuk Tingkatkan Ketahanan Pangan

IPB Rilis Inovasi Berbasis AI untuk Tingkatkan Ketahanan Pangan

Pemerintah
Dorong Hilirisasi, MIND ID Perbaiki Tata Kelola Timah untuk Perekonomian

Dorong Hilirisasi, MIND ID Perbaiki Tata Kelola Timah untuk Perekonomian

BUMN
WRI Gandeng Petani Gayo Produksi Kopi Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

WRI Gandeng Petani Gayo Produksi Kopi Berkelanjutan di Tengah Krisis Iklim

LSM/Figur
Kolaborasi Antar-Organisasi Dibentuk untuk Efektifkan Konservasi Laut

Kolaborasi Antar-Organisasi Dibentuk untuk Efektifkan Konservasi Laut

Pemerintah
Anak Muda Butuh Ruang Hijau, Mampukah Kota Masa Depan Menjawabnya?

Anak Muda Butuh Ruang Hijau, Mampukah Kota Masa Depan Menjawabnya?

LSM/Figur
Konservasi Laut Jadi Strategi KKP Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Konservasi Laut Jadi Strategi KKP Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Pemerintah
Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil EV VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan

Maybank Dukung Pembangunan Pabrik Mobil EV VinFast lewat Pembiayaan Berkelanjutan

Swasta
Trump Potong Anggaran, 350 Taman Nasional Terancam Tutup

Trump Potong Anggaran, 350 Taman Nasional Terancam Tutup

Pemerintah
Lestari Forum, Bahas Ekosistem Investasi hingga “Sustainability Reporting”

Lestari Forum, Bahas Ekosistem Investasi hingga “Sustainability Reporting”

Swasta
Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim

Curhat Petani Gayo, Produksi Kopi Turun akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau